KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala
puji bagi Allah Swt. Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat,
taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
membahas tentang “Pilihan Kata (diksi)
dan Makna dalam Puisi”.
Penulis
memperoleh banyak reperensi dari buku yang berjudul “PUISI” karangan Rachmat
Djoko Pradopo, dkk. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata
penulis berharap kerangka acuan makalah ini dapat memberikan wawasan dan
pengetahuan kepada para pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya. Mohon maaf
jika terdapat banyak kekurangan dalam penulisan ataupun dalam segi
kelengkapan dalam makalah ini.
Pekanbaru, 23 September
2012
Kelompok 6
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR………………………………………………………………………….…1
DAFTAR
ISI……………………………………………………………………………………...2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang…………………………………………………………………………..…….3
1.2 Perumusan
Masalah…………………………………………………………………..……….3
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………………..……..3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Diksi
atau pilihan Kata……………………………………………………………4
2.2 Pengertian Kosakata…………………………………………………………………………..6
2.3 Pengertian Denotasi dan Konotosi……………………………………………………………7
2.4 Pengertian Kata Nan Indah…………………………………………………………………...8
2.2 Pengertian Kosakata…………………………………………………………………………..6
2.3 Pengertian Denotasi dan Konotosi……………………………………………………………7
2.4 Pengertian Kata Nan Indah…………………………………………………………………...8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………………9
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………………9
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………..…….10
BAB
I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Kata
diperoleh secara berangsur-angsur sejak masih kanak-kanak hingga dewasa. Agar
dapat memahami puisi, secara keseluruhan, seseorang perlu memahami arti kata
dan efek yang ditimbulkannya. Oleh karena itu, kami akan membahas pokok
pembahasan yang berkaitan dengan masalah kata dan penggunaannya.
Sebagai
alat untuk komunikasi, penggunaan kata ternyata harus disesuiakan dengan
hal-hal yang akan diutarakan, situasi dan kondisi ketika kata tersebut
digunakan, dan selera orang yang menggunakan.
(1)
Pilihan kata (diksi);
(2)
Kosakata;
(3)
Denotasi dan Konotasi;
(4)
Kata Nan Indah.
1.2
Perumusan Masalah
1. Apa pengertian diksi atau pilihan kata dalam puisi?
2. Apa pengertian Kosakata?
3. Apa pengertian denotasi dan konotasi?
4. Apa pengertian kata nan indah?
2. Apa pengertian Kosakata?
3. Apa pengertian denotasi dan konotasi?
4. Apa pengertian kata nan indah?
1.3
Tujuan
1. Mengetahui pengertian diksi atau pilihan kata dalam
puisi.
2. Mengetahui pengertian Kosakata.
3. Mengetahui pengertian denotasi dan konotasi.
4. Mengetahui pengertian kata nan indah.
2. Mengetahui pengertian Kosakata.
3. Mengetahui pengertian denotasi dan konotasi.
4. Mengetahui pengertian kata nan indah.
BAB
II PEMBAHASAN
2.1
Diksi atau Pilihan Kata dalam Puisi
Manusia ternyata tidak pernah bisa
melepaskan dari kebutuhan mempergunakan kata. Selagi manusia masih merasakan
hidup sebagai makhluk individu dan sekaligus juga sebagai makhluk sosial
manusia tidak bisa tidak harus selalu berhubungan dan menggunakan kata untuk
berkomunikasi dengan orang lain. Jumlah kata yang diperoleh dan kemudian
disimpan dalam benak manusia, jelas sudah tak terhitung lagi. Sebelum
digunakan, kata-kata tersebut diseleksi, dipilih, kemudian baru dipergunakan
sesuai dengan maksud dan keinginan yang ingin diutarakan. Penggunaan kata
ternyata harus disesuaikan dengan hal-hal yang akan diutarakan, situasi dan
kondisi, ketika kata tersebut digunakan, dan selera orang yang menggunakan.
Kata-kata yang telah dipergunakan
oleh penyair didalam puisi, oleh Slametmuljana (1956:4) disebut sebagai kata
berjiwa yang berbeda dengan kata dalam kamus yang masih menunggu pengolahan.
Kata-kata dalam puisi merupakan kata-kata pilihan penyair yang dihadirkan
setelah melalui pertimbangan:
1. Dapat
mewakili perasaan penyair;
2. Dapat
mewakili sikap penyair terhadap sesuatu;
3. Dapat
menimbulkan efek estetis yang dalam;
4. Dapat
mendorong timbulnya perasan tertentu setiap orang yang membaca maupun yang
mendengarkan.
Diksi merupakan pilihan kata yang
tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga
diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan). Diksi juga berarti kemampuan
memilih kata dengan cermat sehingga dapat membedakan secara tepat nuansa-nuansa
makna gagasan yang ingin disampaikan, kemampuan untuk menemukan bentuk yang
sesuai dengan situasi dan nilai rasa. Puisi dibutuhkan kemampuan untuk memilih
kata-kata yang tepat sehingga dapat mewakili dan menggambarkan hal-hal yang
dikehendakinya. Menyusun kata-kata dengan cara sedemikian rupa sehingga artinya
menimbulkan imajinasi estetik. Diksi merupakan suatu proses, maka hasil yang
diharapkan ialah nilai kepuitisan.
Diksi puisi memang bukan pekejaan
yang mudah, dan bahkan kadang-kadang terkesan bahwa membuat puisi tidakbisa
sekali jadi, tetapi melalui proses yang lama.
Contoh
puisi karangan Chairil Anwar
Kerikil Tajam
Cemara menderai sampai
jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan ditingkap merapuh
dipikul angin yang terpendam
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan ditingkap merapuh
dipikul angin yang terpendam
Aku sekarang orangnya bisa
tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi memang dulu ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi memang dulu ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini
Hidup hanya menunda
kekalahan
tembah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan
sebelum pada akhirya kita menyerah
tembah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan
sebelum pada akhirya kita menyerah
Dalam versi lain bait
terakhir tersebut diubah sebagai berikut,
Hidup hanya menunda
kekalahan
tembah jauh dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan
sebelum pada akhirya kita menyerah
tembah jauh dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan
sebelum pada akhirya kita menyerah
Menurut analisis Pradopo (1987:56),
kata “terasing” mengandung makna “terpencil”, menunjukkan rasa keterasingan,
sedangkan kata “jauh” menunjukkan jarak atau kesenjangan.
2.2 Kosakata
Kata sebagai alat komunikasi
ternyata tidak pernah statis. Tetapi cenderung lebih bersifat dinamis.
Kedinamisan kata ini terlihat jelas ketika kata dirangkaikan dengan kata lain
ternyata menimbulkan kata baru. Di samping itu, kata juga selalu bertambah
jumlahnya sejalan dengan perkembangan situasi dan kondisi zaman dan budaya
manusia. Kata-kata baru dibentuk atau diserap ke dalam bahasa Indonesia dengan
cara:
a. Penggabungan
kata yang sudah lazim dalam bahasa Indonesia;
b. Kata
Indonesia namun sudah tidak lazim;
c. Kata
dalam bahasa serumpun;
d. Kata
dalam bahasa serumpun namun sudah tidak lazim dipakai;
e. Kata
dalam bahasa Inggris;
f. Kata
dalam bahasa asing selain bahasa Inggris;
Di
samping itu, juga harus dipertimbangkan hal-hal:
a. Ketepatan.
b. Kesingkatan
atau kepadatan.
c. Tidak
berkonotasi buruk.
d. Merdu
atau enak didengar.
Uraian
diatas adalah menyangkut penggunaan kata dalam bahasa sehari-hari. Kata-kata
yang dipergunakan oleh penyair dalam puisi dilihat dari bentuknya tidak jauh
berbeda dengan kata-kata yang digunakan dalam percakapan sehari-hari. Di
samping itu, ada juga penyair yang mempergunakan kata-kata bahasa daerah,
misalnya dari bahasa Jawa seperti bait puisi Darmanto Jatman yang
bejudul “Kisah Karto Tukul dan Saudaranya Atmo mBoten”. Kadang-kadang
penyair juga memasukkan kata-kata yang asing dalam bentuknya yang asli (tidak
dalam bentuk serapan). Bahkan kadang-kadang seorang penyair dapat juga
mempergunakan kata-kata kuna yang sudah mati (tidak pernah digunakan lagi pada
masa sekarang) tetapi harus dapat menghidupkannya kembali. Seorang penyair
harus memiliki kosakata (pembendaharaan kata) yang banyak, bahwa kosakata atau
perbendaharaan kata seorang penyair mutlak diperlukan.
2.3 Denotasi dan Konotasi
Pertimbangan yang digunakan untuk
memilih atau menyeleksi kata tersebut ialah pemanfaatan makna yaitu makna yang
dapat menimbulkan rasa estetis. Kata memang selalu mengacu pada makna
referensinya, yaitu makna yang ada dalam konsep atau pemikiran pemakainya, atau
makna yang sesuai dengan keterangan yang ada di dalam kamus.
Kata-kata
dengan makna denotatif, karena sifatnya yang objektif, lugas, atau apa adanya
menjadikan kata tersebut mudah dipahami dan tidak menimbulkan banyak tafsir.
Oleh karena itu, tulisan yang memuat adanya nilai keobjektifan, seperti makalah
jurnal, laporan penelitian, skripsi, thesis, dan disertai, dianjurkan untuk
ditulis dengan menggunakan kata yang memiliki makna denotatif. Demikian juga
karangan yang ingin menggambarkan keadaan secara realistis, karena karangan demikian
sifatnya juga objektif maka kata-kata yang digunakan ialah kata-kata yang
bermakna denotatif.
Kata-kata
yang bermakna denotatif juga sering dijumpai terutama pada puisi-puisi yang
beraliran realis, yaitu puisi yang menggambarkan segala sesuatu secara
realistis, apa adanya. Dalam aliran ini, pelukisan kejadian dilaksanakan secara
teliti tidak berlebihan dan tidak pula dikurangi.
Kata,
selain memiliki makna denotatif, juga memiliki makna konotatif, yaitu makna
kata tambahan. Menurut Kridalaksana (1983:90) makna konotatif ialah makna yang
didasarkan atas perasaan atau pikiran yang timbul atau ditimbulkan pada
pembicara dan pendengar. Dalam KBBI (1991:456) makna konotatif ialah makna
tautan pikiran yang menimbulkan nilai pada seseorang ketika berhadapan pada
sebuah kata. Jadi, konotatif adalah makna tambahan yang timbul berdasarkan
nilai rasa seseorang.
Kebanyakan
di dalam puisi justru menggunakan kata-kata yang memiliki muatan makna
konotatif, sebab kata-kata seperti itu di samping maknanya menimbulkan banyak
tafsir juga menimbulkan nilai rasa estetis, makna tersebut ditimbulkan oleh
asosiasi-asosiasi yang keluar dari makna denotatifnya.
2.4 Kata Nan Indah
Setiap
kata ternyata memiliki karakter atau sifat bawaan yang berbeda dengan kata yang
lain. Sifat atau karakter tersebut ternyata juga sangat berguna dalam
menimbulkan suasana dan bayangan yang ada dalam puisi. Salah satu karakter yang
menonjol yaitu keindahan yang ada dan melekat dengan sendirinya pada kata
tersebut, atau dengan kata lain sifat indah bawaan yang dimiliki kata tersebut.
Nilai
keindahan bawaan suatu kata bisa terlihat dalam dua hal, yaitu keindahan
bunyinya dan keindahan maknanya.. kedua nilai keindahan tersebut melekat erat
pada kata tersebut secara alami. Kata yang memiliki sifat keindahan bawaan
disebut efoni. Kata yang berbunyi indah sebetulnya ditentukan oleh, bentuk bunyi
vokal dan konsonannya, dan susunan bunyi vokal dan konsonannya.
A.
Bentuk
Bunyi Vokal
Bunyi vokal menurut Kridalaksana
(1983:177) ialah bunyi bahasa yang dihasilkan getaran pita suara, dan tanpa penyempitan
dalam saluran suara pada bagian tenggorokan yang berisi pita suara. Bentuk
bunyi vokal yang membuat indah ialah vokal ‘i’ yang terletak pada akhir suku
kata atau bunyi yang bersusunan e - i, menurut Pradopo (1987:33) mengandung
rasa ringan, kecil, tinggi, dan mudah diucapkan. Misalnya “gerimis”, “sepi”.
Begitu juga dengan kata yang bersusunan vokal a – i, misalnya “gadis”, “manis”.
B.
Bentuk
Konsonan
Bunyi
konsonan adalah bunyi bahasa yang dilakukan dengan menghambat aliran udara pada
salah satu tempat pada saluran suara di atas celah di antara kedua selaput
suara (Kridalaksana, 1983:91).
Makna
Indah
Makna
indah adalah makna yang mempunyai tautan dengan nilai rasa. Misalnya, kata
“gadis” di samping memiliki bunyi yang indah juga memiliki konotasi yang lebih
indah dibandingkan dengan kata “perawan”. Jadi, makna yang indah itu tidak bisa
terlepas dari makna konotatif yang melekat pada kata tersebut.
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan
Diksi merupakan
pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan
gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan). Diksi juga
berarti kemampuan memilih kata dengan cermat sehingga dapat membedakan secara
tepat nuansa-nuansa makna gagasan yang ingin disampaikan, kemampuan untuk
menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa. Kata sebagai alat komunikasi
ternyata tidak pernah statis. Tetapi cenderung lebih bersifat dinamis.
Kedinamisan kata ini terlihat jelas ketika kata dirangkaikan dengan kata lain
ternyata menimbulkan kata baru. Kata-kata dengan makna denotatif, karena
sifatnya yang objektif, lugas, atau apa adanya menjadikan kata tersebut mudah
dipahami dan tidak menimbulkan banyak tafsir. konotatif adalah makna tambahan
yang timbul berdasarkan nilai rasa seseorang. makna yang indah itu tidak bisa
terlepas dari makna konotatif yang melekat pada kata tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Pradopo, Rachmad Djoko. 2001. Puisi. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.