Kamis, 25 April 2013

Pengaruh Perubahan Kognitif. Afektif, dan Psikomotor dari Hasil Belajar



Disusun Oleh Puspita Sari
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN DAN SENI INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN
UNVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah Swt. Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang membahas tentang “Pengaruh Perubahan Kognitif, Afektif dan Psikomotor dari Hasil Belajar”.

Pembelajaran merupakan proses perubahan tingkah laku seseorang sesuai dengan rencana dari orang yang telah berkompeten dibidangnya dan direncanakan. Begitu pentingnya strategi pembelajaran, juga terdapat bagaimana cara pemilihandan penerapan strategi yang tepat dari macam-macam strategi pembelajar dilihat dari latar belakang guru dan murid.

Penulis berharap bahwa makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan umumnya bagi pembaca, terutama guru, dosen dan pendidik lainnya. Karena dalam makalah ini berisi tentang perubahan tingkahlaku dari hasil belajar individu siswa. Selain itu kami menyusun makalah ini dengan semaksimal mungkin, dan mengambil bahan dari berbagai sumber untuk kesempurnaan makalah ini. Tetapi jika ada saran atau kritik yang dapat membangun dan kesempurnaan makalah ini, penulis dapat menerima dan akan dipertimbangkan.





Pekanbaru, 23 September 2012

Kelompok 6




BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Penyelenggaraan lembaga–lembaga pendidikan di negara manapun di dunia dipandang sebagai suatu program yang bernilai strategis. Hal ini berdasarkan satu asumsi bahwa proses pendidikan merupakan sebuah proses yang dengan sengaja dilaksanakan semata–semata bertujuan untuk mencerdaskan bangsa. Melalui proses pendidikan akan terbentuk sosok–sosok individu sebagai sumber daya manusia yang akan berperan besar dalam proses pembangunan bangsa dan negara. Oleh karena itu peran pendidikan demikian sangat penting sebab pendidikan merupakan kunci utama untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.

Hubungan antar proses pendidikan dengan terciptanya sumber daya manusia merupakan suatu hubungan logis yang tidak dapat dipisahkan. Hal ini sesuai dengan pengertian pendidikan itu sendiri.

Perubahan tingkah laku yang terjadi disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tiga unsur meliputi unsur kognitif, afektif dan psikomotor (Taksonomi Bloom).

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud dengan Belajar Kognitif, Afektif dan Psikomotor?
2.   Apakah tujuan, aspek, fungsi dan masalah dari Belajar Kognitif, Afektif dan Psikomotor?
3.  Bagaimanakah pengaruh Belajar Kognitif, Afektif dan Psikomotor?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1.    Untuk menjelaskan Belajar Kognitif, Afektif dan Psikomotor.
2.    Untuk menjelaskan tujuan Belajar Kognitif, Afektif dan Psikomotor.
3.    Untuk mendeskripsikan pengaruh Belajar Kognitif, Afektif dan Psikomotor.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Aspek-aspek

   Sebagaimana dikatakan bahwa belajar pada dasarnya adalah suatu proses perubahan manusia. Dalam ilmu psikologi, proses belajar berarti cara-cara atau langkah-langkah (manners or operation) khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapai tujuan tertentu. (Rober ,1988, dalam Muhibin,1995). Dalam pengertian tersebut tahapan perubahan dapat diartikan sepadan dengan proses. Jadi, Proses belajar adalah tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju dari pada keadaan sebelumnya. Dalam uraian tersebut digambarkan bahwa belajar adalah aktifitas yang berproses menuju pada satu perubahan dan terjadi melalui tahapan-tahapan tertentu.

Belajar/learning adalah mengubah tingkah laku (kognitif, afektif, dan psikomotor) dari yang belum tahu menjadi tahu. Belajar juga merupakan perubaha tingkah laku berdasarkan pengalaman berlaku bagi individu. Ada banyak bentuk-bentuk perubahan yang terdapat dalam diri manusia yang ditentukan oleh kemampuan dan kemauan belajarnya sehingga peradaban manusia itupun tergantung dari bagaimana manusia belajar. Belajar juga memainkan peranan penting dalam mempertahankan sekelompok umat manusia di tengah persaingan yang semakin ketat dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu maju karena belajar.

Banyak aspek yang berpengaruh dalam proses belajar. Faktor itu seperti faktor kognitif, afektif, psikomotor maupun faktor campuran dari ketiga aspek sebelumnya.Pengaruh faktor-faktor ini menentukan bagaimana hasil pencapaian siswa dalam belajar. Kognitif, afektif, dan psikomotor  adalah aspek-aspek kepribadian yang sering disama artikan dengan aspek cipta, karsa, dan karya. Ketiga istilah ini berasal dari ahli yang berbeda. Kognitif (aspek penalaran) dikembangkan oleh Bloom; afektif (aspek budi pekerti) dikembangkan oleh  Krathwohl; psikomotor (aspek keterampilan psikomotor) dikembangkan oleh Simpson. Aspek-aspek psikologi lain, setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda. Perbedaan individu baik secara fisik maupun secara psikis akan mempengaruhi cara belajar siswa tersebut, sehingga guru perlu memperhatikan cara pembelajaran yang diberikan kepada siswa tersebut misalnya, mengatur tempat duduk, mengatur jadwal pelajaran.

2.2 Jenis-Jenis Belajar
Di dalam proses belajar terdapat berbagai macam jenis belajar. Jenis-jenis belajar menurut Gagne terbagi menjadi 8 jenis yaitu:
a)      Belajar isyarat (signal learning),
b)      Belajar stimulus respon,
c)      Belajar merantaikan (chaining),
d)     Belajar asosiasi verbal (verbal Association),
e)      Belajar membedakan (discrimination),
f)       Belajar konsep (concept learning),
g)      Belajar dalil (rule learning),
h)      Belajar memecahkan masalah (problem solving).

Dari kedelapan jenis tersebut dapat menumbuhkembangkan perilaku kognitif yang mencakup pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis dan sintesis dan evaluasi. Selain dari kognititf aspek afektif dan psikomotor seseorang juga tumbuh. Aspek afektif mencakup:
Ø  Penerimaan
Ø  Sambutan,
Ø  Penilaian,
Ø  Pengorganisasian,
Ø  Karakterisasi.
  Sedangkan psikomotor mencakup:
Ø  Kesiapan (set),
Ø  Meniru (imitation),
Ø  Membiasakan (habitual),
Ø  Adaptasi (adaption).
  Dari tumbuhnya ketiga aspek tersebut barulah seseorang dapat dikatakan telah mencapai tujuan dari belajar.
Belajar kognitif adalah belajar yang berkaitan dengan aspek intelektual. Kompetensi kawasan kognitif meliputi menghafal, memahami, mengaplikasikan, menganalsis, mensitesakan dan menilai pengalaman belajar. Pengalaman belajar untuk kegiatan hafalan dapat berupa berlatih menghafal misalnya menggunakan jembatan ingatan yaitu dengan dihubungkan dengan benda-benda, kata-kata atau sebagainya yang biasa ditemukan dan mudah diingat sebagai jembatan kita untuk mengingat hafalan kita. Jenis materi pembelajaran yang perlu dihafal dapat berupa fakta, konsep, prinsip, dan procedure. Pengalaman belajar untuk tingkat pemahaman dilakukan dengan membandingkan, mengidentifikasikan karakteristik dan sebagainya.

Pengalaman belajar tingkatan aplikasi dilakukan dengan jalan menerapkan rumus dalil atau prinsip terhadap kasus nyata yang terjadi di lapangan. Pengalaman belajar tingkatan sintesis dilakukan dengan memadukan berbagai unsur atau komponen, menyusun membentuk bangunan, menggambar dan sebagainya. Pengalaman belajar untuk mencapai kemampuan dasar tingkatan penilaian dilakukan dengan memberikan penilaian terhadap objek studi menggunakan kriteria tertentu.

Berkaitan dengan kawasan afektif, pengalaman belajar yang perlu dilakukan agar siswa mencapai tingkatan kompetensi afektif yaitu dengan mengamati dan menirukan contoh/model, mendatangi objek studi yang dapat memupuk pertumbuhan nilai, berbuat atau berpartisipasi aktif sesuai dengan tuntutan nilai yang dipelajari dan sebagainya.

Untuk kawasan psikomotor, pengalaman belajar yang dapat dilakukan untuk mencapai kompetensi ini adalah berlatih dengan frekuensi tinggi dan intensif, latihan menirukan, menstimulasikan, mendemonstrasikan, gerakan yang ingin dikuasai.

2.3 Teori Belajar Bloom
Belajar kognitif, afektif dan psikomotor  merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan. Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah, kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya.

Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:
a)      Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan.
b)      Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
c)      Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.

Beberapa istilah lain yang juga menggambarkan hal yang sama dengan ketiga domain tersebut di antaranya seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantoro, yaitu: cipta, rasa, dan karsa. Selain itu, juga dikenal istilah: penalaran, penghayatan, dan pengamalan.

Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah, seperti misalnya dalam ranah kognitif, untuk mencapai “pemahaman” yang berada di tingkatan kedua juga diperlukan “pengetahuan” yang ada pada tingkatan pertama.

A.    Domain Kognitif
Bloom membagi domain kognisi ke dalam 6 tingkatan. Domain ini terdiri dari dua bagian: Bagian pertama berupa adalah Pengetahuan (kategori 1) dan bagian kedua berupa Kemampuan dan Keterampilan Intelektual (kategori 2-6)

Ø  Pengetahuan (Knowledge)
Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar. Sebagai contoh, ketika diminta menjelaskan manajemen kualitas, orang yang berada di level ini bisa menguraikan dengan baik definisi dari kualitas, karakteristik produk yang berkualitas, standar kualitas minimum untuk produk.

Ø  Aplikasi (Application)
Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori di dalam kondisi kerja. Sebagai contoh, ketika diberi informasi tentang penyebab meningkatnya reject di produksi, seseorang yang berada di tingkat aplikasi akan mampu merangkum dan menggambarkan penyebab turunnya kualitas dalam bentuk fish bone diagram.

Ø  Analisis (Analysis)
Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisis informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang rumit. Sebagai contoh, di level ini seseorang akan mampu memilah-milah penyebab meningkatnya reject, membanding-bandingkan tingkat keparahan dari setiap penyebab, dan menggolongkan setiap penyebab ke dalam tingkat keparahan yang ditimbulkan.

Ø  Sintesis (Synthesis)
Satu tingkat di atas analisis, seseorang di tingkat sintesa akan mampu menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlihat, dan mampu mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yang dibutuhkan. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas mampu memberikan solusi untuk menurunkan tingkat reject di produksi berdasarkan pengamatannya terhadap semua penyebab turunnya kualitas produk.

Ø  Evaluasi (Evaluation)
Dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, metodologi dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yang ada untuk memastikan nilai efektifitas atau manfaatnya. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas harus mampu menilai alternatif solusi yg sesuai untuk dijalankan berdasarkan efektivitas, urgensi, nilai manfaat, nilai ekonomis.

B.     Domain Afektif
Pembagian domain ini disusun Bloom bersama dengan David Krathwol.
Ø  Penerimaan (Receiving/Attending)
Kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena di lingkungannya. Dalam pengajaran bentuknya berupa mendapatkan perhatian, mempertahankannya, dan mengarahkannya.

Ø  Tanggapan (Responding)
Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya. Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan.

Ø  Penghargaan (Valuing)
Berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan pada suatu objek, fenomena, atau tingkah laku. Penilaian berdasar pada internalisasi dari serangkaian nilai tertentu yang diekspresikan ke dalam tingkah laku.

Ø  Pengorganisasian (Organization)
Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di antaranya, dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten.

Ø  Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value or Value Complex)
Memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkahlakunya sehingga menjadi karakteristik gaya hidupnya.

C.    Domain Psikomotor
Rincian dalam domain ini tidak dibuat oleh Bloom, tapi oleh ahli lain berdasarkan domain yang dibuat Bloom.
Ø  Persepsi (Perception)
Penggunaan alat indera untuk menjadi pegangan dalam membantu gerakan.
Ø  Kesiapan (Set)
Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan.
Ø  Guided Response (Respon Terpimpin)
Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk di dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba.
Ø  Mekanisme (Mechanism)
Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil dengan meyakinkan dan cakap.
Ø  Respon Tampak yang Kompleks (Complex Overt Response)
Gerakan motoris yang terampil yang di dalamnya terdiri dari pola-pola gerakan yang kompleks.
Ø  Penyesuaian (Adaptation)
Keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat disesuaikan dalam berbagai situasi.
Ø  Penciptaan (Origination)
Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi atau permasalahan tertentu.

2.4 Pengaruh-pengaruh dari Faktor Kognitif, Faktor Afektif, dan Faktor Psikomotor
A. Pengaruh  Faktor Kognitif
Faktor kognitif secara garis besar dapat dijabarkan sebagai berikut:
  1. Mengetahui, mengenali kembali hal-hal yang umum dan khas, mengenali kembali metode dan proses, mengenali kembali pola, struktur, dan perangkat.
  2. Mengerti, memahami
  3. Mengaplikasikan, Kemampuan menggunakan abstraksi di dalam situasi-situasi konkrit.
  4. Menganalisis, Menjabarkan sesuatu ke dalam unsur-unsur, bagian-bagian atau komponen-komponen sedemikian rupa, sehingga tampak jelas susunan atau hirarki gagasan yang ada di dalamnya, atau tampak jelas hubungan antara berbagai gagasan yang dinyatakan dalam sesuatu komunikasi.
  5. Mensintesiskan, kemampuan untuk menyatukan unsur-unsur atau bagian-bagian sedemikian rupa sehingga membentuk suatu keseluruhan yang utuh.
  6. Mengevaluasi, kemampuan untuk menetapkan nilai/harga dari suatu bahan dan metode komunikasi untuk tujuan-tujuan tertentu.
Cara penalaran (kognitif) seseorang terhadap sesuatu obyek selalu berbeda dengan orang lain. Artinya, obyek yang sama, mungkin akan mendapat penalaran yang berbeda dari dua orang atau lebih. Jadi karena berbeda dalam penalaran (kognitif)  berbeda pula dalam kepribadiàn maka terjadilah perbedaan individu.
B. Pengaruh Faktor Afektif
Faktor afektif secara garis besar dapat dijabarkan sebagai berikut:
  1. Menerima atau memperhatikan, kepekaan terhadap kehadiran gejala dan perangsang tertentu.
  2. Merespon, mereaksi perangsang atau gejala tertentu.
  3. Menghargai, berikut pengertian bahwa suatu hal, gejala atau tingkah laku mempunyai harga atau nilai tertentu.
  4. Mengorganisasikan nilai, mencakup mengatur nilai-nilai menjadi suatu sistem nilai, menyusun jalinan nilai-nilai itu dan menetapkan berlakunya nilai-nilai yang dominan.
  5. Mewatak, suatu kondisi di mana nilai-nilai dari sistem nilai yang diyakini telah benar-benar merasuk di dalam pribadi seseorang. Orang seperti itu dapat dikatakan sebagai orang yang budi pekertinya mendekati kesempurnaan.
Orang yang berbudi pekerti luhur akan sangat berbeda dengan orang yang tidak berbudi hampir dalam segala sepak terjang, tingkah laku, sifat-sifat dan kepribadiannya. Jadi dengan kata lain, faktor afektif sangat besar pengaruhnya terhadap terjadinya perbedaan individual.

C.    Pengaruh Faktor Psikomotor
Faktor keterampilan psikomotor secara garis besar dapat dijabarkan sebagai berikut:
  1. Mengindera , kegiatan keterampilan psikomotor yang dilakukan dengan alat-alat indera.
  2. Menyiagakan diri, mengatur kesiapan diri sebelum melakukan sesuatu tindakan dalam rangka mencapai suatu tujuan.
  3. Bertindak secara terpimpin, melakukan tindakan-tindakan dengan mengikuti prosedur tertentu.
  4. Bertindak secara mekanik, bertindak mengikuti prosedur baku.
  5. Bertindak secara kompleks, bertindak secara teknologi yang didukung oleh kompetensi. Di dalamnya tercakup semua tindakan keahlian dari berbagai bidang profesi. Ciri khas dari orang yang mampu bertindak secara kompleks adalah mampu menyusun mekanisme kerja sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapinya dan mampu menciptakan teknologi baru.
Orang yang telah sampai pada tingkat puncak keterampilan psikomotor dalam menanggapi sesuatu bisa sampai pada penciptaan teknologi baru. Jadi keterampilan psikomotor berpengaruh terhadap perbedaan individual.





BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
1. Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah lakunya baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor untuk memperoleh tujuan tertentu. Adapun Ciri-ciri belajar adalah sebagai berikut :
a. Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), maupun nilai dan sikap (afektif).
b. Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja melainkan menetap atau dapat disimpan.
c. Perubahan itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha. Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan.
2. Belajar/learning adalah mengubah tingkah laku (kognitif, afektif, dan psikomotor) dari yang belum tahu menjadi tahu. Belajar juga merupakan perubaha tingkah laku berdasarkan pengalaman berlaku bagi individu.
3. Perubahan tingkah laku yang terjadi disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tiga unsur meliputi unsur kognitif, afektif dan psikomotor (Taksonomi Bloom).

4. Belajar kognitif adalah belajar yang berkaitan dengan aspek intelektual. Kompetensi kawasan kognitif meliputi menghafal, memahami, mengaplikasikan, menganalsis, mensitesakan dan menilai pengalaman belajar.

5. Belajar  afektif adalah pengalaman belajar yang perlu dilakukan agar siswa mencapai tingkatan kompetensi afektif yaitu dengan mengamati dan menirukan contoh/mode.
6. Belajar psikomotor adalah pengalaman belajar yang dapat dilakukan untuk mencapai kompetensi ini adalah berlatih dengan frekuensi tinggi dan intensif, latihan menirukan, menstimulasikan, mendemonstrasikan, gerakan yang ingin dikuasai.
3.2 Saran
            Pengaruh perubahan kognitif, afektif, dan psikomotor pada diri individu siswa ini harus selalu dilaksanakan oleh guru maupun dosen. Karena guru dapat dikatakan berhasil dan profesional jika pada diri individu terjadi perubahan. Penulis berharap makalah ini dapat berguna bagi pembaca khususnya para guru, dosen dan lembaga pendidik lainnya. Agar dapat memahami pengaruh perubahan tingkahlaku pada diri individu siswa sehingga tercapainya pembelajaran yang telah direncanakan.