Disusun Oleh Puspita Sari
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN DAN SENI INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN DAN SENI INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN
UNVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin,
segala puji bagi Allah Swt. Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat,
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang membahas tentang “Pengaruh
Perubahan Kognitif, Afektif dan Psikomotor dari Hasil Belajar”.
Pembelajaran
merupakan proses perubahan tingkah laku seseorang sesuai dengan rencana dari
orang yang telah berkompeten dibidangnya dan direncanakan. Begitu pentingnya
strategi pembelajaran, juga terdapat bagaimana cara pemilihandan penerapan
strategi yang tepat dari macam-macam strategi pembelajar dilihat dari latar
belakang guru dan murid.
Penulis
berharap bahwa makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan umumnya
bagi pembaca, terutama guru, dosen dan pendidik lainnya. Karena dalam makalah
ini berisi tentang perubahan tingkahlaku dari hasil belajar individu siswa.
Selain itu kami menyusun makalah ini dengan semaksimal mungkin, dan mengambil
bahan dari berbagai sumber untuk kesempurnaan makalah ini. Tetapi jika ada
saran atau kritik yang dapat membangun dan kesempurnaan makalah ini, penulis
dapat menerima dan akan dipertimbangkan.
Pekanbaru, 23 September
2012
Kelompok
6
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyelenggaraan lembaga–lembaga pendidikan di negara manapun
di dunia dipandang sebagai suatu program yang bernilai strategis. Hal ini
berdasarkan satu asumsi bahwa proses pendidikan merupakan sebuah proses yang
dengan sengaja dilaksanakan semata–semata bertujuan untuk mencerdaskan bangsa.
Melalui proses pendidikan akan terbentuk sosok–sosok individu sebagai sumber daya
manusia yang akan berperan besar dalam proses pembangunan bangsa dan negara.
Oleh karena itu peran pendidikan demikian sangat penting sebab pendidikan
merupakan kunci utama untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.
Hubungan antar proses pendidikan dengan terciptanya sumber
daya manusia merupakan suatu hubungan logis yang tidak dapat dipisahkan. Hal
ini sesuai dengan pengertian pendidikan itu sendiri.
Perubahan tingkah laku yang terjadi disebabkan oleh
terjadinya perubahan pada tiga unsur meliputi unsur kognitif, afektif dan psikomotor
(Taksonomi Bloom).
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Apakah
yang dimaksud dengan Belajar Kognitif, Afektif dan Psikomotor?
2. Apakah
tujuan, aspek, fungsi dan masalah dari Belajar Kognitif, Afektif dan
Psikomotor?
3. Bagaimanakah pengaruh Belajar Kognitif,
Afektif dan Psikomotor?
1.3
Tujuan Penulisan
Berdasarkan
rumusan masalah di atas maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk menjelaskan Belajar Kognitif,
Afektif dan Psikomotor.
2. Untuk menjelaskan tujuan Belajar Kognitif,
Afektif dan Psikomotor.
3. Untuk mendeskripsikan pengaruh
Belajar Kognitif, Afektif dan Psikomotor.
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian dan Aspek-aspek
Sebagaimana
dikatakan bahwa belajar pada dasarnya adalah suatu proses perubahan manusia.
Dalam ilmu psikologi, proses belajar berarti cara-cara atau langkah-langkah
(manners or operation) khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan
hingga tercapai tujuan tertentu. (Rober ,1988, dalam Muhibin,1995). Dalam
pengertian tersebut tahapan perubahan dapat diartikan sepadan dengan proses.
Jadi, Proses belajar adalah tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif dan
psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif
dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju dari pada keadaan sebelumnya.
Dalam uraian tersebut digambarkan bahwa belajar adalah aktifitas yang berproses
menuju pada satu perubahan dan terjadi melalui tahapan-tahapan tertentu.
Belajar/learning adalah mengubah tingkah laku (kognitif,
afektif, dan psikomotor) dari yang belum tahu menjadi tahu. Belajar juga
merupakan perubaha tingkah laku berdasarkan pengalaman berlaku bagi individu. Ada
banyak bentuk-bentuk perubahan yang terdapat dalam diri manusia yang ditentukan
oleh kemampuan dan kemauan belajarnya sehingga peradaban manusia itupun
tergantung dari bagaimana manusia belajar. Belajar juga memainkan peranan
penting dalam mempertahankan sekelompok umat manusia di tengah persaingan yang
semakin ketat dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu maju karena belajar.
Banyak aspek yang berpengaruh dalam
proses belajar. Faktor itu seperti faktor kognitif, afektif, psikomotor maupun
faktor campuran dari ketiga aspek sebelumnya.Pengaruh faktor-faktor ini
menentukan bagaimana hasil pencapaian siswa dalam belajar. Kognitif, afektif,
dan psikomotor adalah aspek-aspek
kepribadian yang sering disama artikan dengan aspek cipta, karsa, dan karya. Ketiga
istilah ini berasal dari ahli yang berbeda. Kognitif (aspek penalaran)
dikembangkan oleh Bloom; afektif (aspek budi pekerti) dikembangkan oleh Krathwohl; psikomotor (aspek keterampilan
psikomotor) dikembangkan oleh Simpson. Aspek-aspek
psikologi lain, setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda. Perbedaan
individu baik secara fisik maupun secara psikis akan mempengaruhi cara belajar
siswa tersebut, sehingga guru perlu memperhatikan cara pembelajaran yang
diberikan kepada siswa tersebut misalnya, mengatur tempat duduk, mengatur
jadwal pelajaran.
2.2 Jenis-Jenis Belajar
Di dalam proses belajar terdapat berbagai macam jenis
belajar. Jenis-jenis belajar menurut Gagne terbagi menjadi 8 jenis yaitu:
a)
Belajar
isyarat (signal learning),
b)
Belajar
stimulus respon,
c)
Belajar
merantaikan (chaining),
d)
Belajar
asosiasi verbal (verbal Association),
e)
Belajar
membedakan (discrimination),
f)
Belajar
konsep (concept learning),
g)
Belajar
dalil (rule learning),
h)
Belajar
memecahkan masalah (problem solving).
Dari kedelapan jenis tersebut dapat menumbuhkembangkan
perilaku kognitif yang mencakup pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis dan
sintesis dan evaluasi. Selain dari kognititf aspek afektif dan psikomotor seseorang
juga tumbuh. Aspek afektif mencakup:
Ø Penerimaan
Ø Sambutan,
Ø Penilaian,
Ø Pengorganisasian,
Ø Karakterisasi.
Sedangkan
psikomotor mencakup:
Ø Kesiapan (set),
Ø Meniru (imitation),
Ø Membiasakan (habitual),
Ø Adaptasi (adaption).
Dari tumbuhnya
ketiga aspek tersebut barulah seseorang dapat dikatakan telah mencapai tujuan
dari belajar.
Belajar kognitif adalah belajar yang berkaitan dengan aspek
intelektual. Kompetensi kawasan kognitif meliputi menghafal, memahami,
mengaplikasikan, menganalsis, mensitesakan dan menilai pengalaman belajar.
Pengalaman belajar untuk kegiatan hafalan dapat berupa berlatih menghafal
misalnya menggunakan jembatan ingatan yaitu dengan dihubungkan dengan
benda-benda, kata-kata atau sebagainya yang biasa ditemukan dan mudah diingat
sebagai jembatan kita untuk mengingat hafalan kita. Jenis materi pembelajaran
yang perlu dihafal dapat berupa fakta, konsep, prinsip, dan procedure.
Pengalaman belajar untuk tingkat pemahaman dilakukan dengan membandingkan,
mengidentifikasikan karakteristik dan sebagainya.
Pengalaman belajar tingkatan aplikasi dilakukan dengan jalan
menerapkan rumus dalil atau prinsip terhadap kasus nyata yang terjadi di
lapangan. Pengalaman belajar tingkatan sintesis dilakukan dengan memadukan berbagai
unsur atau komponen, menyusun membentuk bangunan, menggambar dan sebagainya.
Pengalaman belajar untuk mencapai kemampuan dasar tingkatan penilaian dilakukan
dengan memberikan penilaian terhadap objek studi menggunakan kriteria tertentu.
Berkaitan dengan kawasan afektif, pengalaman belajar yang
perlu dilakukan agar siswa mencapai tingkatan kompetensi afektif yaitu dengan
mengamati dan menirukan contoh/model, mendatangi objek studi yang dapat memupuk
pertumbuhan nilai, berbuat atau berpartisipasi aktif sesuai dengan tuntutan
nilai yang dipelajari dan sebagainya.
Untuk kawasan psikomotor, pengalaman belajar yang dapat
dilakukan untuk mencapai kompetensi ini adalah berlatih dengan frekuensi tinggi
dan intensif, latihan menirukan, menstimulasikan, mendemonstrasikan, gerakan
yang ingin dikuasai.
2.3 Teori Belajar Bloom
Belajar kognitif, afektif dan psikomotor merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan. Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Dalam hal ini, tujuan pendidikan
dibagi menjadi beberapa domain (ranah, kawasan) dan setiap domain
tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan
hirarkinya.
Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:
a)
Cognitive
Domain (Ranah
Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual,
seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan.
b)
Affective
Domain (Ranah
Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi,
seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
c)
Psychomotor
Domain (Ranah
Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik
seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.
Beberapa istilah lain yang juga menggambarkan hal yang sama
dengan ketiga domain tersebut di antaranya seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantoro, yaitu: cipta, rasa, dan karsa.
Selain itu, juga dikenal istilah: penalaran, penghayatan, dan pengamalan.
Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa
kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai
dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks.
Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah laku
dari tingkat yang lebih rendah, seperti misalnya dalam ranah kognitif, untuk
mencapai “pemahaman” yang berada di tingkatan kedua juga diperlukan
“pengetahuan” yang ada pada tingkatan pertama.
A. Domain Kognitif
Bloom membagi domain kognisi ke dalam 6 tingkatan. Domain
ini terdiri dari dua bagian: Bagian pertama berupa adalah Pengetahuan (kategori
1) dan bagian kedua berupa Kemampuan dan Keterampilan Intelektual (kategori
2-6)
Ø Pengetahuan (Knowledge)
Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat
peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip
dasar. Sebagai contoh, ketika diminta menjelaskan manajemen kualitas, orang yang
berada di level ini bisa menguraikan dengan baik definisi dari kualitas,
karakteristik produk yang berkualitas, standar kualitas minimum untuk produk.
Ø Aplikasi (Application)
Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk
menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori di dalam kondisi kerja.
Sebagai contoh, ketika diberi informasi tentang penyebab meningkatnya reject di
produksi, seseorang yang berada di tingkat aplikasi akan mampu merangkum dan
menggambarkan penyebab turunnya kualitas dalam bentuk fish bone diagram.
Ø Analisis (Analysis)
Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisis
informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam
bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu
mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang
rumit. Sebagai contoh, di level ini seseorang akan mampu memilah-milah penyebab
meningkatnya reject, membanding-bandingkan tingkat keparahan dari setiap
penyebab, dan menggolongkan setiap penyebab ke dalam tingkat keparahan yang
ditimbulkan.
Ø Sintesis (Synthesis)
Satu tingkat di atas analisis, seseorang di tingkat sintesa
akan mampu menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya
tidak terlihat, dan mampu mengenali data atau informasi yang harus didapat
untuk menghasilkan solusi yang dibutuhkan. Sebagai contoh, di tingkat ini
seorang manajer kualitas mampu memberikan solusi untuk menurunkan tingkat
reject di produksi berdasarkan pengamatannya terhadap semua penyebab turunnya
kualitas produk.
Ø Evaluasi (Evaluation)
Dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap
solusi, gagasan, metodologi dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar
yang ada untuk memastikan nilai efektifitas atau manfaatnya. Sebagai contoh, di
tingkat ini seorang manajer kualitas harus mampu menilai alternatif solusi yg
sesuai untuk dijalankan berdasarkan efektivitas, urgensi, nilai manfaat, nilai
ekonomis.
B. Domain Afektif
Ø Penerimaan (Receiving/Attending)
Kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena di
lingkungannya. Dalam pengajaran bentuknya berupa mendapatkan perhatian,
mempertahankannya, dan mengarahkannya.
Ø Tanggapan (Responding)
Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di
lingkungannya. Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan
tanggapan.
Ø Penghargaan (Valuing)
Berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan pada suatu
objek, fenomena, atau tingkah laku. Penilaian berdasar pada internalisasi dari
serangkaian nilai tertentu yang diekspresikan ke dalam tingkah laku.
Ø Pengorganisasian (Organization)
Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di
antaranya, dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten.
Ø Karakterisasi Berdasarkan
Nilai-nilai (Characterization by a Value or Value Complex)
Memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkahlakunya sehingga
menjadi karakteristik gaya hidupnya.
C. Domain Psikomotor
Rincian dalam domain ini tidak dibuat oleh Bloom, tapi oleh
ahli lain berdasarkan domain yang dibuat Bloom.
Penggunaan alat indera untuk menjadi pegangan dalam membantu
gerakan.
Ø Kesiapan (Set)
Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan
gerakan.
Ø Guided Response (Respon Terpimpin)
Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks,
termasuk di dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba.
Ø Mekanisme (Mechanism)
Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga
tampil dengan meyakinkan dan cakap.
Ø Respon Tampak yang Kompleks (Complex
Overt Response)
Gerakan motoris yang terampil yang di dalamnya terdiri dari
pola-pola gerakan yang kompleks.
Ø Penyesuaian (Adaptation)
Keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat
disesuaikan dalam berbagai situasi.
Ø Penciptaan (Origination)
Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi
atau permasalahan tertentu.
2.4
Pengaruh-pengaruh dari Faktor Kognitif, Faktor Afektif, dan Faktor Psikomotor
A.
Pengaruh Faktor Kognitif
Faktor kognitif secara garis besar dapat dijabarkan sebagai
berikut:
- Mengetahui, mengenali kembali hal-hal yang umum dan khas, mengenali kembali metode dan proses, mengenali kembali pola, struktur, dan perangkat.
- Mengerti, memahami
- Mengaplikasikan, Kemampuan menggunakan abstraksi di dalam situasi-situasi konkrit.
- Menganalisis, Menjabarkan sesuatu ke dalam unsur-unsur, bagian-bagian atau komponen-komponen sedemikian rupa, sehingga tampak jelas susunan atau hirarki gagasan yang ada di dalamnya, atau tampak jelas hubungan antara berbagai gagasan yang dinyatakan dalam sesuatu komunikasi.
- Mensintesiskan, kemampuan untuk menyatukan unsur-unsur atau bagian-bagian sedemikian rupa sehingga membentuk suatu keseluruhan yang utuh.
- Mengevaluasi, kemampuan untuk menetapkan nilai/harga dari suatu bahan dan metode komunikasi untuk tujuan-tujuan tertentu.
Cara penalaran (kognitif) seseorang
terhadap sesuatu obyek selalu berbeda dengan orang lain. Artinya, obyek yang
sama, mungkin akan mendapat penalaran yang berbeda dari dua orang atau lebih.
Jadi karena berbeda dalam penalaran (kognitif)
berbeda pula dalam kepribadiàn maka terjadilah perbedaan individu.
B. Pengaruh Faktor Afektif
Faktor afektif secara garis besar dapat dijabarkan sebagai
berikut:
- Menerima atau memperhatikan, kepekaan terhadap kehadiran gejala dan perangsang tertentu.
- Merespon, mereaksi perangsang atau gejala tertentu.
- Menghargai, berikut pengertian bahwa suatu hal, gejala atau tingkah laku mempunyai harga atau nilai tertentu.
- Mengorganisasikan nilai, mencakup mengatur nilai-nilai menjadi suatu sistem nilai, menyusun jalinan nilai-nilai itu dan menetapkan berlakunya nilai-nilai yang dominan.
- Mewatak, suatu kondisi di mana nilai-nilai dari sistem nilai yang diyakini telah benar-benar merasuk di dalam pribadi seseorang. Orang seperti itu dapat dikatakan sebagai orang yang budi pekertinya mendekati kesempurnaan.
Orang yang berbudi pekerti luhur
akan sangat berbeda dengan orang yang tidak berbudi hampir dalam segala sepak
terjang, tingkah laku, sifat-sifat dan kepribadiannya. Jadi dengan kata lain,
faktor afektif sangat besar pengaruhnya terhadap terjadinya perbedaan
individual.
C.
Pengaruh
Faktor Psikomotor
Faktor
keterampilan psikomotor secara garis besar dapat dijabarkan sebagai berikut:
- Mengindera , kegiatan keterampilan psikomotor yang dilakukan dengan alat-alat indera.
- Menyiagakan diri, mengatur kesiapan diri sebelum melakukan sesuatu tindakan dalam rangka mencapai suatu tujuan.
- Bertindak secara terpimpin, melakukan tindakan-tindakan dengan mengikuti prosedur tertentu.
- Bertindak secara mekanik, bertindak mengikuti prosedur baku.
- Bertindak secara kompleks, bertindak secara teknologi yang didukung oleh kompetensi. Di dalamnya tercakup semua tindakan keahlian dari berbagai bidang profesi. Ciri khas dari orang yang mampu bertindak secara kompleks adalah mampu menyusun mekanisme kerja sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapinya dan mampu menciptakan teknologi baru.
Orang yang telah sampai pada tingkat
puncak keterampilan psikomotor dalam menanggapi sesuatu bisa sampai pada
penciptaan teknologi baru. Jadi keterampilan psikomotor berpengaruh terhadap
perbedaan individual.
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
1. Belajar adalah suatu usaha sadar
yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah lakunya baik melalui
latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor
untuk memperoleh tujuan tertentu. Adapun Ciri-ciri belajar adalah sebagai
berikut :
a. Adanya kemampuan baru atau
perubahan. Perubahan tingkah laku bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan
(psikomotor), maupun nilai dan sikap (afektif).
b. Perubahan itu tidak berlangsung
sesaat saja melainkan menetap atau dapat disimpan.
c. Perubahan itu tidak terjadi
begitu saja melainkan harus dengan usaha. Perubahan terjadi akibat interaksi
dengan lingkungan.
2.
Belajar/learning adalah mengubah
tingkah laku (kognitif, afektif, dan psikomotor) dari yang belum tahu menjadi
tahu. Belajar juga merupakan perubaha tingkah laku berdasarkan pengalaman
berlaku bagi individu.
3. Perubahan tingkah laku yang terjadi disebabkan oleh
terjadinya perubahan pada tiga unsur meliputi unsur kognitif, afektif dan psikomotor
(Taksonomi Bloom).
4. Belajar kognitif adalah belajar yang berkaitan dengan
aspek intelektual. Kompetensi kawasan kognitif meliputi menghafal, memahami,
mengaplikasikan, menganalsis, mensitesakan dan menilai pengalaman belajar.
5.
Belajar afektif adalah pengalaman belajar yang perlu dilakukan agar
siswa mencapai tingkatan kompetensi afektif yaitu dengan mengamati dan
menirukan contoh/mode.
6. Belajar psikomotor adalah pengalaman
belajar yang dapat dilakukan untuk mencapai kompetensi ini adalah berlatih
dengan frekuensi tinggi dan intensif, latihan menirukan, menstimulasikan,
mendemonstrasikan, gerakan yang ingin dikuasai.
3.2 Saran
Pengaruh
perubahan kognitif, afektif, dan psikomotor pada diri individu siswa ini harus
selalu dilaksanakan oleh guru maupun dosen. Karena guru dapat dikatakan
berhasil dan profesional jika pada diri individu terjadi perubahan. Penulis
berharap makalah ini dapat berguna bagi pembaca khususnya para guru, dosen dan
lembaga pendidik lainnya. Agar dapat memahami pengaruh perubahan tingkahlaku
pada diri individu siswa sehingga tercapainya pembelajaran yang telah
direncanakan.