Kamis, 22 Mei 2014

STRUKTUR KALIMAT MELAYU RIAU DIALEK PESISIR MATA KULIAH SINTAKSIS



STRUKTUR KALIMAT MELAYU RIAU DIALEK PESISIR
MATA  KULIAH  SINTAKSIS
Dosen Pembimbing : Ermawati S, S.Pd.,M.A.

Disusun Oleh
Kelompok 
2               : 1. Andika Saputra                 4. Jarniati Sari             7. Nikmat Desrita
                                      2. Ayu Rosalina                    5. Puspita Sari            
                                      3. Diana Puspita Sari             6. Reni Irani






PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN  BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah Swt., yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul “Struktur Kalimat” tanpa adanya suatu rintangan yang berarti. Makalah ini diharapkan dapat meningkatkan kreatifitas kita selaku mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Tidak lupa salawat beriring salam, penulis sanjungkan kepada junjungan umat yakni nabi Muhammad Saw., yang telah membawa kita dari alam kegelapan, alam kebodohan menuju alam yang terang benderang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan saat sekarang ini.
Penulis makalah mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini, terutama kepada dosen pemangku mata kuliah Sintaksis Bahasa Indonesia Lanjut yang telah memberi arahan, memberi pencerahan kepada penulis beliau Ibu Ermawati, S.Pd. MA., sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan kaidah yang telah ditentukan. Kemudian  kepada teman-teman yang telah mendukung serta membantu dalam penulisan makalah ini, dan kepada pembaca yang nantinya akan menggunakan makalah ini. Tiada gading yang tak retak, tidak ada pekerjaan  yang sempurna itulah yang penulis rasakan dalam pembuatan makalah ini, jadi penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pihak lain guna untuk tercapainya kesempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua.


Pekanbaru, 14 Mei 2014

Penulis




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah..................................................................................     1
1.2  Rumusan Masalah...........................................................................................      1
1.3  Tujuan.............................................................................................................      1

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Frasa...............................................................................................................      2
2.2. Tipe Kalimat Dasar........................................................................................      2
2.3. Sistem Kaidah Unsur Mana Suka..................................................................      4
2.4.  Dasar Sistem Kaidah......................................................................................     6

BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan..........................................................................................................     10
3.2 Saran.................................................................................................................    10



BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa disebut kalimat (Depdiknas, 2008). Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Sedangkan dalam wujud tertulis kalimat diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya dan tanda seru.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan frasa ?
2.      Apa tipe kalimat dasar melayu Riau dialek pesisir?
3.      Apa kaidah unsur mana suka pada kalimat bahasa melayu Riau dialek pesisir?
4.      Apa dasar sistim kaidah kalimat bahasa melayu riau dialek pesisir?

1.3  Tujuan
1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan frasa.
2.      Untuk mengetahui tipe kalimat dasar melayu Riau dialek pesisir.
3.      Untuk mengetahui kaidah unsur mana suka pada kalimat bahasa  melayu Riau dialek pesisir.
4.      Untuk mengetahui dasar sistim kaidah kalimat bahasa melayu riau dialek pesisir.  




BAB II PEMBAHASAN
2.1 Frasa
          Frasa adalah gabungan kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif. Gabungan itu ada yang erat dan ada juga yang renggang (kridalaksana, 1982:46). Frasa yang terdapat dalam bahasa Melayu Riau dialek pesisir terdiri atas frasa endosentrik yaitu frasa yang keseluruhannya mempunyai prilaku sintaksis yang sama dengan salah satu konstituennya (Kridalaksana, 1982:47).
Contoh:
Ø [məБah sәkali]               ‘merah sekali’
Ø [loБaη mandi]                ‘orang mandi’
Ø [gadis cantik]                 ‘gadis cantik’
Ø [ђumah bәso]                 ‘rumah besar’
          Sedangkan yang dimaksud frasa eksosentrik adalah frasa yang keseluruhannya tidak mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan salah satu konstituennya. (Kridalaksana, 1982:47).
Contoh:
Ø [daБi bәnkalis]               dari bengkalis’
Ø  [si nelayan]                    ‘si nelayan’
Ø [dalam Бumah]              ‘dalam rumah’

2.2 Tipe Kalimat Dasar
          Kalimat bahasa Melayu Riau dialek pesisir diteliti berdasarkan frasa karena frasa menjadi paduan pembentuk kalimat. Dalam pembicaraan kalimat ini tentulah diselediki penggabungan frasa menjadi kalimat. Frasa ialah satuan sintaksis yang bersama fungsinya yang merupakan paduan (Samsuri, 1978:226). Di dalam kamus linguistik dijelskan bahwa frasa adalah lingkungan tertentu yang dapat ditempati oleh satu unsur bahasa.
            Berdasarkan uraian frasa di atas dapatlah dirumuskan tipe kalimat dasar bahasa Melayu Riau dialek pesisir sebagai berikut:
(1)  Kalimat tipe pertama berbentuk FN1 + FN2.
Contoh :                                  
1)      [bajutu kain baik]                          ‘baju itu kain batik’
2)      [mejatu meja kayu]                        ‘meja itu meja katu’
Frasa [bajutu, mәjatu] termasuk FN1, sedangkan [kain, batik, meja kayu] termasuk FN2.
(2)  Kalimat tipe kedua berbentuk FN+FV.
Contoh:
1)      [pencuБi tu mәancam]                   ‘Pencuri itu mengancam’
2)      [adik mәmbacә]                             ‘adik membaca’
Frasa [pencuБi, adik] termasuk FN, sedangkan [mәancam, mәmbacә] termasuk FV.
(3) Kalimat tipe ketiga berbentuk FN+FA.
Contoh :
1)      [oБang tu malas]                           ‘orang itu malas’
2)      [adik pandai]                                 ‘adik pandai’
Frasa [oБang tu, adik, Бumah tu] termasuk FN, sedangkan [malas, pandai, bәso] termasuk FA.
(4)  Kalimat tipe keempat berbentuk FN+FNum.
Contoh :
1)      [ayam diә tu tigә әkә]                   ‘ayamnya itu tiga ekor’
2)      [saudabә diә tujuh obaη]               ‘saudaranya tujuh orang’
Frasa [ayam diә, saudaba diә] termasuk frasa nominal, sedangkan [tiga әkә, tujuh oБaη] termasuk frasa numeral.
(5) Kalimat tipe kelima berbentuk FN1 + FV + FN2.
Contoh :      
1)      [pak alitu mәnanam jaguη]            ‘pak Ali itu menanam jagung’
2)      [mak diә mәmbәli radio]               ‘Ibu membeli radio’
Frasa [pak ali tu, mak diә] termasuk frasa nominal satu, [mәnanam, mәmbәli] adalah frasa ferbal, [jagung, radio, nasik] termasuk frasa nominal dua.
(6)  Kalimat tipe keenam berbentuk FN1 + Pr + FN2.
Contoh :
1)      [kawan-kawan tu daБi sumatәБa]             ‘kawan-kawan itu dari Suatera.’
2)       [kapal tu ke bәηkalis]                               ‘Kapal itu ke Bengkalis’.
Frasa [kawan-kawan tu, kapal tu] termasuk frasa nominal satu [daБi, ke] adalah frasa preposisional, sedangkan [sumatәБa, bəɳkalis] frasa nomina dua.

2.3 Sistem Kaidah Unsur Mana Suka
            Tipe kalimat masih mempunyai paduan yang bersifat mana suka. Unsur mana suka adalah paduan yang kadang-kadang terdapat dalam kalimat, dan kadang-kadang tidak. Unsur mana suka dapat memberikan pengertian tambahan pada kalimat yang berhubungan dengan berbagai keterangan mengenai berbagai lokasi, waktu, cara, aspek, dan bahkan sikap pemakai bahasa terhadap ukuran, peristiwa, keadaan , soal, atau perasaan yang dinyatakan oleh kalimat itu (Samsuri, 1978:248).
            Untuk melihat unsur mana suka di dalam kalimat bahasa Melayu Riau dialek pesisir dapat dilihat pada contoh berikut :
1)      [matә cincin diә intan]                        ‘Mata cincinnya intan’.
2)      [budak tu pandai]                                ‘Anak itu pandai’.
3)      [diә diam di Бumah bәso]                   ‘Ia tinggal di rumah besar’.
4)      [anakɳo dua bәlas]                              ‘Anaknya dua belas’.
5)      [aБi ni sәkolah ditutup]                       ‘Hari ini sekolah ditutup’.

Kalimat di atas dapat di tambah dengan unsur mana suka seperti di bawah ini :
1)      (a) [matә cincin diә muŋkin intan]
     ‘Matә cincinnya mungkin intan’.
(b) [matә cincin diә bәБupә intan]
     ‘Mata cincinnya berupa intan’.
(c) [matә cincin diә sebaiknә intan]
     ‘Mata cincinnya sebaiknya intan’.

2)       (a) [budak tu muŋkin pandai]
     ‘Anak itu mungkin pandai’.
(b) [budak tu Бupana pandai]
     ‘Anak itu rupanya pandai’.
(c) [budak tu sәbaiknә pandai]
     ‘Anak itu sebaiknya pandai’.

3)      (a) [diә diam muŋkin di Бumah bәso]
     ‘Dia tinggal mungkin di rumah beso’.
(b) [diә diam sәbaiknә di Бumah bәso]
      ‘Dia tinggal sebaiknya di rumah besar’.
(c) [diә diam Бupanә di Бumah bәso]
     ‘Dia tinggal rupanya di rumah besar’.

4)      (a) [anaknә muŋkin duә bәlas]
     ‘Anaknya mungkin dua belas’.
(b) [anaknә Бupanә duә bәlas]
     ‘Anaknya rupanya dua belas’.
(c) [anaknә sebaiknә di Бumah beso]
     ‘Anaknya sebaiknya dua belas”
5)       (a) [Бantai diә muŋkin pәБak]
     ‘Rantainya mungkin perak’.
(b) [Бantai diә Бupanә pәБak]
     ‘Rantainya rupanya perak’.
(c) [Бantai diә sebaiknә pәБak]
     ‘Rantainya sebaiknya perak’.

4.4 Dasar Sistem Kaidah
            Untuk membicarakan dasar sistem kaidah, lebih dulu tim mengemukakan contoh kalimat bahasa Melayu Riau dialek pesisir sebagai berikut :
1)      (a) [mәja itu mәja kayu]
     ‘Meja itu meja kayu’.
(b) [cincin itu cincin intan]
      ‘Cincin itu cincin intan’.
(c) [baju tu baju batik]
     ‘Baju itu baju batik’.

2)      (a) [tuti meŋgoБәŋ tәlo]
     ‘Tuti menggoreng telur’.
(b) [mak mәnjait baju]
      ‘Ibu menjahit baju’.
(c) [pak ali mәnanam jaguŋ]
     ‘Pak Ali menanam jagung’.

3)      (a) [budak tu pandai]
     ‘Anak itu pandai’.
(b) [baju tu meБah]
     ‘Baju itu merah’.
(c) [Бumah tu bәsә]
     ‘Rumah itu besar’.

4)      (a) [anak diә sәpuluh]
     ‘Anaknya sepuluh’.
(b) [Бumah diә duә]
     ‘Rumahnya dua’.
(c) [tinkap Бumah tu әnam]
     ‘Jendela rumah itu enam’.

5)      (a) [anak diә sәdaŋ mәmbacә]
     ‘Anaknya sedang membaca’.
(b) [diә sedaŋ makan]
     ‘Dia sedang makan’.
(c) [mak sedaŋ mәmasak]
     ‘Ibu sedang memasak’.

6)      (a) [mak mәmasak di dapur]
     ‘Ibu memasak di dapur’.
(b) [kakak duduk di bawah poon kayu]
     ‘Kakak duduk di bawah pohon kayu’.
(c) [Бimau tu laБi ke utan]
     ‘Hariamau itu lari ke hutan’.
(d) [kawan-kawan tu dataŋ daБi sumatәra]
      ‘Kawan-kawan itu datang dari Sumatera’.
(e) [mak dataŋ daБi kәbun]
     ‘Ibu datang dari kebun’.
(f) [tikә tu dibәli di tanjuŋpinaŋ]
     ‘Tikar itu dibeli di Tanjung Pinang.’

7)      (a) [adik mәmukul anjiŋ kәmaБәn]
     ‘Adik memukul anjing kemarin.’
(b) [mak mәmaБahi adik sәmalam]
      ‘Ibu memarahi adik semalam.’
(c) [kami mәmanciŋ ikan sәmalam]
     ‘Kami memancing ikan semalam.’

8)      (a) [tigә kali diә mәmukul anjiŋ tu kәmaБәn]
     ‘Tiga kali dia memukul anjing itu kemarin.’
(b) [duә kali diә mәmbaca cәБitә tu]
     ‘Dua kali dia membaca cerita itu.’
(c) [limә kali guБu tu mәŋajә kami]
    ‘Lima kali guru itu mengajar kami.’

9)      (a) [mak dan adik mәndapat uaŋ daБi ayah kәmaБen]
     ‘Ibu dan adik mendapat uang dari ayah kemarin.’
(b) [kakak mәnәБima uaŋ daБi mak tadi]
     ‘Kakak menerima uang dari ibu tadi.’
(c) [uwan mәndapat suБat daБi kakak kәmaБәn]
     ‘Nenek mendapat surat dari kakak kemarin.’
Kalimat-kalimat di atas dapat dirumuskan sebagai berikut :
1)      FN1 + FN2
2)      FN1 + FV + FN2
3)      FN + FA
4)      FN + FNum
5)      FN + FAp + FV
6)      FN + FV + FPr
7)      FN1 + FV + FN2 + FAd
8)      FNum +FV + FN + FPr + FN + FAd
9)      FN1 + FV + FN2 + FPr + FN3 + FAd
          Dari uraian di atas dapatlah dikemukakan bahwa kalimat bahasa Melayu Riau dialek pesisir mempunyai kalimat dasar yang terdiri atas paduan wajib frasa nominal dan frasa nominal, frasa nominal dan frasa verbal, frasa nominal dan frasa adjektival, frasa nominal dan frasa numeral, frasa nominal dan frasa preposisional dengan paduan frasa adverbial mana suka (modal, aspek, kata bantu, predikat, cara, tempat, dan waktu).
          Oleh karena itu, alternatif paduan wajib yang kedua yaitu FN, FAdj, FNum, FPr. Hal itu dapat disajikan dengan tiga kaidah sebagai berikut (1) K       FN (M) (Asp) (Ant) FP, (2) FP           FN, FV, FAdj. FNum, FPr, (3) Ad       (C)    (T) (W), dapat diambil paling kurang satu. Sistem kaidah dasar bahasa Melayu dialek pesisir. Kaidah itu terdiri atas kaidah dasar dan bagian leksikon.
Terdapat sistem kaidah sintaktik dalam bahasa Melayu Riau dialek Pesisir dengan menambahkan kaidah kosong (θ) yang mengatakan bahwa sistem kaidah dibawahnya berhubungan dengan kalimat.

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah :
1.      Frasa yang terdapat dalam bahasa Melayu Riau dialek pesisir terdiri atas frasa endosentrik yaitu frasa yang keseluruhannya mempunyai prilaku sintaksis yang sama dengan salah satu konstituennya.
2.      Tipe kalimat dasar bahasa Melayu Riau dialek pesisir adalah (a) Kalimat tipe pertama berbentuk FN1 + FN2,(b) Kalimat tipe kedua berbentuk FN + FV, (c) Kalimat tipe ketiga berbentuk FN + FA, (d) Kalimat tipe keempat berbentuk FN + FNum, (e) Kalimat tipe kelima berbentuk FN1 + FV + FN2, (f) Kalimat tipe keenam berbentuk FN1 + Pr + FN2.
3.      Unsur mana suka dapat memberikan pengertian tambahan pada kalimat yang berhubungan dengan berbagai keterangan mengenai berbagai lokasi, waktu, cara, aspek, dan bahkan sikap pemakai bahasa terhadap ukuran, peristiwa, keadaan , soal, atau perasaan yang dinyatakan oleh kalimat itu.
4.      Dasar sistem kaidah kalimat bahasa Melayu Riau dialek pesisir adalah :
a.       FN1 + FN2                                     f. FN + FV + FPr
b.      FN1 + FV + FN2                            g. FN1 + FV + FN2 + FAd
c.       FN + FA                                       h. FNum +FV + FN + FPr + FN + FAd
d.      FN + FNum                                  i. FN1 + FV + FN2 + FPr + FN3 + Fad
e.       FN + FAp + FV
3.2 Saran
Sebagai mahasiswa di perguruan tinggi, terutama sebagai mahasiswa jurusan Bahasa Indonesia. Dengan lahirnya makalah ini semoga dapat membantu mahasiswa untuk memperoleh informasi tentang sintaksis yang di dalamnya mencakup struktur kalimat.