STRUKTUR KALIMAT MELAYU RIAU
DIALEK PESISIR
MATA KULIAH SINTAKSIS
Dosen Pembimbing : Ermawati S, S.Pd.,M.A.
Disusun Oleh
Kelompok 2 : 1. Andika Saputra 4. Jarniati Sari 7. Nikmat Desrita
Kelompok 2 : 1. Andika Saputra 4. Jarniati Sari 7. Nikmat Desrita
2. Ayu Rosalina 5.
Puspita Sari
3. Diana Puspita Sari 6.
Reni Irani
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN
PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
ISLAM RIAU
PEKANBARU
2013
KATA PENGANTAR
Puji
syukur atas kehadirat Allah Swt., yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul “Struktur
Kalimat” tanpa adanya suatu rintangan yang berarti. Makalah ini diharapkan
dapat meningkatkan kreatifitas kita selaku mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan. Tidak lupa salawat beriring salam, penulis sanjungkan kepada
junjungan umat yakni nabi Muhammad Saw., yang telah membawa kita dari alam
kegelapan, alam kebodohan menuju alam yang terang benderang penuh dengan ilmu
pengetahuan seperti yang kita rasakan saat sekarang ini.
Penulis
makalah mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan makalah ini, terutama kepada dosen pemangku mata kuliah Sintaksis
Bahasa Indonesia Lanjut yang telah memberi arahan, memberi pencerahan kepada penulis
beliau Ibu Ermawati, S.Pd. MA., sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini dengan kaidah yang telah ditentukan. Kemudian kepada teman-teman yang telah mendukung serta
membantu dalam penulisan makalah ini, dan kepada pembaca yang nantinya akan
menggunakan makalah ini. Tiada gading yang tak retak, tidak ada pekerjaan yang sempurna itulah yang penulis rasakan
dalam pembuatan makalah ini, jadi penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari pihak lain guna untuk tercapainya kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua.
Pekanbaru,
14 Mei 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah.................................................................................. 1
1.2 Rumusan
Masalah........................................................................................... 1
1.3 Tujuan............................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1.
Frasa............................................................................................................... 2
2.2.
Tipe Kalimat
Dasar........................................................................................ 2
2.3.
Sistem Kaidah Unsur Mana
Suka.................................................................. 4
2.4. Dasar
Sistem
Kaidah...................................................................................... 6
BAB III PENUTUP
3.1
Simpulan.......................................................................................................... 10
3.2
Saran................................................................................................................. 10
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Satuan
bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan
secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa disebut kalimat (Depdiknas,
2008). Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras
lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Sedangkan dalam wujud
tertulis kalimat diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik,
tanda tanya dan tanda seru.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan frasa ?
2. Apa
tipe kalimat dasar melayu Riau dialek pesisir?
3. Apa
kaidah unsur mana suka pada kalimat bahasa melayu Riau dialek pesisir?
4. Apa
dasar sistim kaidah kalimat bahasa melayu riau dialek pesisir?
1.3
Tujuan
1. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan frasa.
2. Untuk
mengetahui tipe kalimat dasar melayu Riau dialek pesisir.
3. Untuk
mengetahui kaidah unsur mana suka pada kalimat bahasa melayu Riau dialek pesisir.
4. Untuk
mengetahui dasar sistim kaidah kalimat bahasa melayu riau dialek pesisir.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Frasa
Frasa adalah gabungan kata atau lebih
yang sifatnya tidak predikatif. Gabungan itu ada yang erat dan ada juga yang
renggang (kridalaksana, 1982:46). Frasa yang terdapat dalam bahasa Melayu Riau
dialek pesisir terdiri atas frasa endosentrik yaitu frasa yang keseluruhannya mempunyai
prilaku sintaksis yang sama dengan salah satu konstituennya (Kridalaksana,
1982:47).
Contoh:
Ø [məБah
sәkali] ‘merah
sekali’
Ø [loБaη
mandi] ‘orang
mandi’
Ø [gadis
cantik] ‘gadis
cantik’
Ø [ђumah
bәso] ‘rumah
besar’
Sedangkan
yang dimaksud frasa eksosentrik adalah frasa yang
keseluruhannya tidak mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan salah satu
konstituennya. (Kridalaksana, 1982:47).
Contoh:
Ø [daБi
bәnkalis] ‘dari bengkalis’
Ø [si nelayan] ‘si nelayan’
Ø [dalam
Бumah]
‘dalam rumah’
2.2 Tipe Kalimat Dasar
Kalimat bahasa Melayu Riau dialek
pesisir diteliti berdasarkan frasa karena frasa menjadi paduan pembentuk
kalimat. Dalam pembicaraan kalimat ini tentulah diselediki penggabungan frasa
menjadi kalimat. Frasa ialah satuan
sintaksis yang bersama fungsinya yang merupakan paduan (Samsuri, 1978:226). Di
dalam kamus linguistik dijelskan bahwa frasa adalah lingkungan tertentu yang
dapat ditempati oleh satu unsur bahasa.
Berdasarkan uraian frasa di atas
dapatlah dirumuskan tipe kalimat dasar bahasa Melayu Riau dialek pesisir
sebagai berikut:
(1) Kalimat
tipe pertama berbentuk FN1
+ FN2.
Contoh :
1) [bajutu
kain baik] ‘baju
itu kain batik’
2) [mejatu
meja kayu] ‘meja
itu meja katu’
Frasa
[bajutu, mәjatu] termasuk FN1,
sedangkan [kain, batik, meja kayu] termasuk FN2.
(2) Kalimat
tipe kedua berbentuk FN+FV.
Contoh:
1) [pencuБi
tu mәancam] ‘Pencuri itu
mengancam’
2) [adik
mәmbacә] ‘adik
membaca’
Frasa
[pencuБi, adik] termasuk
FN, sedangkan [mәancam, mәmbacә] termasuk FV.
(3) Kalimat
tipe ketiga berbentuk FN+FA.
Contoh
:
1) [oБang
tu malas] ‘orang
itu malas’
2) [adik
pandai] ‘adik
pandai’
Frasa
[oБang tu, adik, Бumah tu] termasuk FN, sedangkan [malas, pandai, bәso]
termasuk FA.
(4) Kalimat
tipe keempat berbentuk FN+FNum.
Contoh
:
1) [ayam
diә tu tigә әkә] ‘ayamnya
itu tiga ekor’
2) [saudabә
diә tujuh obaη] ‘saudaranya
tujuh orang’
Frasa
[ayam diә, saudaba diә] termasuk frasa nominal, sedangkan [tiga әkә, tujuh oБaη]
termasuk frasa
numeral.
(5) Kalimat
tipe kelima berbentuk FN1 + FV + FN2.
Contoh :
1) [pak
alitu mәnanam jaguη] ‘pak Ali
itu menanam jagung’
2) [mak
diә mәmbәli radio] ‘Ibu
membeli radio’
Frasa
[pak ali tu, mak diә] termasuk frasa nominal satu, [mәnanam, mәmbәli] adalah frasa ferbal, [jagung, radio, nasik] termasuk
frasa nominal dua.
(6) Kalimat
tipe keenam berbentuk FN1 + Pr + FN2.
Contoh
:
1) [kawan-kawan
tu daБi sumatәБa] ‘kawan-kawan
itu dari Suatera.’
2) [kapal tu ke bәηkalis] ‘Kapal itu ke Bengkalis’.
Frasa
[kawan-kawan tu, kapal
tu] termasuk frasa nominal satu [daБi,
ke] adalah frasa preposisional, sedangkan [sumatәБa, bəɳkalis] frasa nomina dua.
2.3 Sistem Kaidah Unsur
Mana Suka
Tipe kalimat masih mempunyai paduan
yang bersifat mana suka. Unsur mana suka adalah paduan yang kadang-kadang
terdapat dalam kalimat, dan kadang-kadang tidak. Unsur mana suka dapat
memberikan pengertian tambahan pada kalimat yang berhubungan dengan berbagai
keterangan mengenai berbagai lokasi, waktu, cara, aspek, dan bahkan sikap
pemakai bahasa terhadap ukuran, peristiwa, keadaan , soal, atau perasaan yang
dinyatakan oleh kalimat itu (Samsuri, 1978:248).
Untuk melihat unsur mana suka di
dalam kalimat bahasa Melayu Riau dialek pesisir dapat dilihat pada contoh
berikut :
1) [matә
cincin diә intan] ‘Mata
cincinnya intan’.
2) [budak
tu pandai] ‘Anak
itu pandai’.
3) [diә
diam di Бumah bәso] ‘Ia
tinggal di rumah besar’.
4) [anakɳo
dua bәlas] ‘Anaknya
dua belas’.
5) [aБi
ni sәkolah ditutup] ‘Hari
ini sekolah ditutup’.
Kalimat
di atas dapat di tambah dengan unsur mana suka seperti di bawah ini :
1) (a)
[matә cincin diә muŋkin intan]
‘Matә cincinnya mungkin intan’.
(b)
[matә cincin diә bәБupә intan]
‘Mata cincinnya berupa intan’.
(c)
[matә cincin diә sebaiknә intan]
‘Mata cincinnya sebaiknya intan’.
2) (a) [budak tu muŋkin pandai]
‘Anak itu mungkin pandai’.
(b)
[budak tu Бupana pandai]
‘Anak itu rupanya pandai’.
(c)
[budak tu sәbaiknә pandai]
‘Anak itu sebaiknya pandai’.
3) (a)
[diә diam muŋkin di Бumah bәso]
‘Dia tinggal mungkin di rumah beso’.
(b)
[diә diam sәbaiknә di Бumah bәso]
‘Dia tinggal sebaiknya di rumah besar’.
(c)
[diә diam Бupanә di Бumah bәso]
‘Dia tinggal rupanya di rumah besar’.
4) (a)
[anaknә muŋkin duә bәlas]
‘Anaknya mungkin dua belas’.
(b)
[anaknә Бupanә duә bәlas]
‘Anaknya rupanya dua belas’.
(c)
[anaknә sebaiknә di Бumah beso]
‘Anaknya sebaiknya dua belas”
5) (a) [Бantai diә muŋkin pәБak]
‘Rantainya mungkin perak’.
(b)
[Бantai diә Бupanә pәБak]
‘Rantainya rupanya perak’.
(c)
[Бantai diә sebaiknә pәБak]
‘Rantainya sebaiknya perak’.
4.4 Dasar Sistem Kaidah
Untuk membicarakan dasar sistem
kaidah, lebih dulu tim mengemukakan contoh kalimat bahasa Melayu Riau dialek pesisir
sebagai berikut :
1) (a)
[mәja itu mәja kayu]
‘Meja itu meja kayu’.
(b)
[cincin itu cincin intan]
‘Cincin itu cincin intan’.
(c)
[baju tu baju batik]
‘Baju itu baju batik’.
2) (a)
[tuti meŋgoБәŋ tәlo]
‘Tuti menggoreng telur’.
(b)
[mak mәnjait baju]
‘Ibu menjahit baju’.
(c)
[pak ali mәnanam jaguŋ]
‘Pak Ali menanam jagung’.
3) (a)
[budak tu pandai]
‘Anak itu pandai’.
(b)
[baju tu meБah]
‘Baju itu merah’.
(c)
[Бumah tu bәsә]
‘Rumah itu besar’.
4) (a)
[anak diә sәpuluh]
‘Anaknya sepuluh’.
(b)
[Бumah diә duә]
‘Rumahnya dua’.
(c)
[tinkap Бumah tu әnam]
‘Jendela rumah itu enam’.
5) (a)
[anak diә sәdaŋ mәmbacә]
‘Anaknya sedang membaca’.
(b)
[diә sedaŋ makan]
‘Dia sedang makan’.
(c)
[mak sedaŋ mәmasak]
‘Ibu sedang memasak’.
6) (a)
[mak mәmasak di dapur]
‘Ibu memasak di dapur’.
(b)
[kakak duduk di bawah poon kayu]
‘Kakak duduk di bawah pohon kayu’.
(c)
[Бimau tu laБi ke utan]
‘Hariamau itu lari ke hutan’.
(d)
[kawan-kawan tu dataŋ daБi sumatәra]
‘Kawan-kawan itu datang dari Sumatera’.
(e)
[mak dataŋ daБi kәbun]
‘Ibu datang dari kebun’.
(f)
[tikә tu dibәli di tanjuŋpinaŋ]
‘Tikar itu dibeli di Tanjung Pinang.’
7) (a)
[adik mәmukul anjiŋ kәmaБәn]
‘Adik memukul anjing kemarin.’
(b)
[mak mәmaБahi adik sәmalam]
‘Ibu memarahi adik semalam.’
(c)
[kami mәmanciŋ ikan sәmalam]
‘Kami memancing ikan semalam.’
8) (a)
[tigә kali diә mәmukul anjiŋ tu kәmaБәn]
‘Tiga kali dia memukul anjing itu
kemarin.’
(b)
[duә kali diә mәmbaca cәБitә tu]
‘Dua kali dia membaca cerita itu.’
(c)
[limә kali guБu tu mәŋajә kami]
‘Lima kali guru itu mengajar kami.’
9) (a)
[mak dan adik mәndapat uaŋ daБi ayah kәmaБen]
‘Ibu dan adik mendapat uang dari ayah
kemarin.’
(b)
[kakak mәnәБima uaŋ daБi mak tadi]
‘Kakak menerima uang dari ibu tadi.’
(c)
[uwan mәndapat suБat daБi kakak kәmaБәn]
‘Nenek mendapat surat dari kakak kemarin.’
Kalimat-kalimat
di atas dapat dirumuskan sebagai berikut :
1) FN1 + FN2
2) FN1 + FV + FN2
3) FN
+ FA
4) FN
+ FNum
5) FN
+ FAp + FV
6) FN
+ FV + FPr
7) FN1 + FV + FN2 + FAd
8) FNum
+FV + FN + FPr + FN + FAd
9) FN1 + FV + FN2 + FPr + FN3 + FAd
Dari uraian di atas dapatlah
dikemukakan bahwa kalimat bahasa Melayu Riau dialek pesisir mempunyai kalimat
dasar yang terdiri atas paduan wajib frasa nominal dan frasa nominal, frasa
nominal dan frasa verbal, frasa nominal dan frasa adjektival, frasa nominal dan
frasa numeral, frasa nominal dan frasa preposisional dengan paduan frasa
adverbial mana suka (modal, aspek, kata bantu, predikat, cara, tempat, dan
waktu).
Oleh
karena itu, alternatif paduan wajib yang kedua yaitu FN, FAdj, FNum, FPr. Hal
itu dapat disajikan dengan tiga kaidah sebagai berikut (1) K FN (M) (Asp) (Ant) FP, (2)
FP FN, FV, FAdj. FNum, FPr, (3) Ad (C) (T) (W), dapat
diambil paling kurang satu. Sistem kaidah dasar bahasa Melayu dialek
pesisir. Kaidah itu terdiri atas kaidah dasar dan bagian leksikon.
Terdapat sistem
kaidah sintaktik dalam bahasa Melayu Riau dialek Pesisir dengan menambahkan
kaidah kosong (θ) yang mengatakan bahwa sistem kaidah dibawahnya berhubungan dengan
kalimat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah :
1.
Frasa yang terdapat
dalam bahasa Melayu Riau dialek pesisir terdiri atas frasa endosentrik yaitu frasa yang
keseluruhannya mempunyai prilaku sintaksis yang sama dengan salah satu
konstituennya.
2. Tipe kalimat dasar
bahasa Melayu Riau dialek pesisir
adalah (a) Kalimat tipe pertama berbentuk FN1 + FN2,(b) Kalimat
tipe kedua berbentuk FN + FV, (c) Kalimat tipe
ketiga berbentuk FN + FA, (d) Kalimat tipe
keempat berbentuk FN + FNum, (e) Kalimat tipe kelima
berbentuk FN1 + FV + FN2, (f) Kalimat
tipe keenam berbentuk FN1 + Pr + FN2.
3. Unsur
mana suka dapat memberikan pengertian tambahan pada kalimat yang berhubungan
dengan berbagai keterangan mengenai berbagai lokasi, waktu, cara, aspek, dan
bahkan sikap pemakai bahasa terhadap ukuran, peristiwa, keadaan , soal, atau
perasaan yang dinyatakan oleh kalimat itu.
4. Dasar sistem kaidah kalimat
bahasa Melayu
Riau dialek pesisir adalah :
a. FN1 + FN2 f.
FN + FV + FPr
b. FN1 + FV + FN2 g. FN1 + FV + FN2 + FAd
c. FN
+ FA h.
FNum +FV + FN + FPr + FN + FAd
d. FN
+ FNum i.
FN1
+ FV + FN2
+ FPr + FN3
+ Fad
e. FN
+ FAp + FV
3.2 Saran
Sebagai mahasiswa di perguruan tinggi, terutama
sebagai mahasiswa jurusan Bahasa Indonesia. Dengan lahirnya makalah ini semoga dapat membantu
mahasiswa untuk memperoleh informasi tentang sintaksis
yang di dalamnya mencakup struktur
kalimat.