BAB
1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pada bab VI ini akan membahas
tentang produksi kalimat. Mengobservasi kalimat yang diujarkan, kita cermati
bagaimana kalimat itu diuajarkan, di mana pembicara senyap (pause) di mana dia
ragu, dan mengapa dia senyap dan ragu serta kesalahan-kesalahan apa yang dibuat
oleh pembicara ini.
Kesenyapan dan keraguan dalam ujaran
terjadi karena pembicara lupa kata-kata apa yang dia perlukan atau dia sedang
mencari kata yang paling tepat. Kesalahan yang berupa kilir lidah seperti kelapa untuk kepala menunjukkan bahwa kata ternyata tidak tersimpan secara utuh.
Kenyataan bahwa kilir lidah bisa memindahkan kata tanpa infleksinya, bahwa
mental kita memproses kata dan infleksinya secara terpisah. Begitu juga kilir
lidah yang di namakan transpormasi menunjukkan bahwa kita merencanakan ujaran
beberapa langkah kata ke depan.
BAB II PRODUKSI KALIMAT
2.1 Senyapan dan Kilir
Lidah
1. Senyapan (Pause)
Senyapan (pause) itu terjadi pada
konstituen-konstituen yang memang memungkinkan untuk disenyapi. Intonasinya pun
merupakan suatu kesatuan dari awal sampai akhir. Pada umumnya orang berbicara
sambil berpikir sehingga makin sulit topik yang dibicarakan makin besar jumlah
senyapan yang muncul. Senyapan terjadi saat pernapasan dan keraguan.
1.1 Macam Senyapan
Pada umumnya orang senyap sebentar,
entah untuk bernafas entah untuk keperluan yang lain. Senyapan yang lebih umum
terjadi adalah pada waktu orang ragu-ragu (hesitation). Ada berbagai alasan
mengapa orang senyap. Pertama, orang
senyap karena dia telah terlanjur mulai dengan ujarannya, tetapi sebenarnya dia
belum siap untuk seluruh kalimat itu. Kedua,
bisa juga kesenyapan seperti ini terjadi karena dia lupa akan kata-kata yang
dia perlukan. Ketiga, dia sangat
harus berhati-hati dalam memilih kata agar dampaknya pada pendengar atau publik
tidak.
Ketidak-siapan maupun
keberhati-hatian dalam berujar seperti ini terwujud dalam: senyapan diam dan
senyapan terisi. Pada senyapan diam, pembicara berhenti sejenak dan diam saja
dan setelah menemukan kata-kata yang dicari dia melanjutkan kalimatnya.
1.2 Letak Senyapan
Senyapan keraguan tidak terdapat di
sembarang tempat. Akan tetapi, di mana persisnya belum ada kesepakatan yang
mantap di antara para ahli. Jeda gramatikal (grammatical juncture) adalah
tempat senyap untuk merencanakan kerangka maupun konstituen pertama dari
kalimat yang akan diujarkan. Senyapan seperti ini cenderung lama dan sering.
Senyapan seperti ini adalah logis karena senyapan ini dipakai pula untuk
bernafas. Setelah kerangka terbentuk, maka konstituen harus diisi dengan
kata-kata.
2 Kekeliruan
Dapat disebabkan oleh kilir lidah
atau oleh penyakit afasia. Kekeliruan itu terjadi karena kita tidak memproduksi
kata yang sebenarnya kita kehendaki. Kekeliruan afasik muncul karena otak kita
terganggu sehingga kita menjadi tidak mampu untuk mengujarkan kata yang kita
inginkan.
2.1 Kilir Lidah
Kilir lidah adalah suatu fenomena
dalam produksi ujaran di mana pembicara “terkilir” lidahnya sehingga kata-kata
yang diproduksi bukanlah kata yang dia maksudkan. Pertama, Kilir lidah yang munculnya disebabkan oleh seleksi yang
keliru ada tiga jenis, (a) seleksi semantik yang keliru, (b) malaproprisme, (c)
campur kata (blends). Kedua,
kekeliruan asembling.
2.1.1 kekeliruan
Seleksi
Seleksi semantik yang keliru disebut
“Freudian slips”, manusia menyimpan kata berdasarkan sifat-sifat kodrati yang
ada pada kata-kata itu. Kekeliruan pada seleksi semantik umumnya berwujud kata
yang utuh dan berasal dari medan semantik yang sama.
Kilir lidah malaproprisme berasal
dari peran seorang wanita dalam sebuah novel karangan Richard Sheridan, The
Rival’s yang bernama Ny. Malaprop. Dengan memakai kata yang muluk-muluk. Akan
tetapi, yang terjadi adalah bahwa kata-kata
itu bentuknya memang mirip tetapi keliru.
Campur-kata
(blends), muncul bila orang tergesa-gesa sehingga dia mengambil satu atau
sebagian suku dari kata pertama dan satu atau sebagian suku lagi dari kata yang
kedua dan kemudian kedua bentuk itu dijadikan satu.
2.1.2 Kekeliruan
Asembling
Kekeliruan asembling adalah bentuk
kekeliruan di mana kata-kata yang dipilih sudah benar tetapi aemblingnya
keliru. Pertama, transposisi adalah
orang memindahkan kata atau bunyi dari suatu posisi ke posisi yang lain. Kasus
transposisi adalah apa yang dinamakan spoonerism.
Kedua,
kelompok asembling adalah kekeliruan antisipasi. Pembicara mengantisipasi akan
munculnya suatu bunyi, lalu bunyi itu diucapkan sebagai ganti dari bunyi yang
seharusnya. Ketiga, kekeliruan yang
dinamakan perseverasi (perseveration) disebut juga repetisi adalah kebalikan
dari antisipasi. Perseverasi kekeliruan itu terjadi pada kata yang dibelakang.
2.2 Afasia
Afasia adalah suatu penyakit wicara
di mana orang tidak dapat berbicara dengan baik karena adanya penyakit pada
otak. Penyakit itu disebut stroke, yakni, sebagian dari otaknya kekurangan
oksigen sehingga bagian tadi menjadi cacat.
3 Unit-unit pada Kilir
Lidah
3.1 Kekeliruan Fitur
Distingtif
Fitur distingtif terjadi bila yang
terkilir bukannya suatu fonem, tetapi hanya fitur distingtif dari fonem itu
saja.
3.2 Kekeliruan Segmen
Fonetik
Kekeliruan di mana bunyi yang saling
mengganti berbeda lebih dari satu fitur distingtif dinamakan keliruan segmen
fonetik. Kekeliruan di mana dua fonem tertukar tempat. Implikasinya terhadap
sistem penyimpanan kata. Kekeliruan di mana kata itu terpecah-pecah dalam bentuk
bunyi dan karenanya salah satu bunyi itu dapat terlepas dan diganti dengan
bunyi lain.
3.3 Kekeliruan Sukukata
Hampir selalu tertukar itu adalah konsonan pertama dari
suatu suku dengan konsonan pertama dari suku lain. Contoh: ke-pa-la
ke-la-pa
3.4 Kekeliruan Kata
Kekeliruan ini terjadi bila yang
tertukar tempat adalah kata. Pada umumnya orang menyadari bila dia telah
membuat kekeliruan seperti ini dan mengoreksinya. Akan tetapi, kadang-kadang
kekeliruan itu berlalu tanpa pembicara menyadarinya.
2.2 Lupa-Lupa Ingat dan
Latah
Gejala lupa-lupa ingat tampaknya ada
pola tertentu yang diikuti orang, yakni:
a. Jumlah
suku kata selalu benar,
b. Bunyi
awal kata itu juga benar,
c. Hasil
akhir kekeliruan itu mirip dengan kata yang sebenarnya.
Latah adalah suatu tindak
kebahasaan di mana seseorang, waktu terkejut atau dikejutkan mengeluarkan
kata-katasecara spontan dan tidak sadar dengan apa yang dia katakan.
2.3 Proses Pengujaran
Artikulasinya yakni, bagaimana
mewujudkan ujaran itu dalam bentuk bunyi yang akan dimengerti oleh
interlokuternya seperti yang kita maksudkan. Langkah-langkahnya adalah:
kategori sintaktik “nomina”, gender tak-netral, dan bentuk tunggal, morphological encoding berkaitan dengan
morfologi, phonological encoding morfem
ini diwujudkan bunyi-bunyinya, sukukatanya bagaimana, dan tekanan katanya
bagaimana, phonetik encoding untuk
diproses fitur-fitur fonetiknya.
2.4 Artikulasi Kalimat
Proses artikulasi untuk bunyi
disesuaikan dengan keadaan aparatus ujaran. Seandainya kata pertama dalam
kalimat yang akan kita ujarkan adalah rokok
maka korteks motor (sebuah jalur di otak yang mengendalikan lidah, rahang,
gigi, pita suara dan mekanisme wicara) akan memberikan instruksi seolah-olah
berbunyi: pita suara, bersiap-siaplah untuk bergetar. Lidah, tempelkan ujungmu
pada daerah alveolar dan getaran berkali-kali. Pita suara, bersamaan dengan
bergetarnya lidah itu, bergetarlah kamu. Uvula, menempellah pada tenggorokan
agar udara tidak keluar lewat hidung.
2.5 Bagaimana
Kekeliruan Terjadi
Karena kecepatan ujaran atau karena
alasan-alasan yang lain bisa saja kata kalimat yang diujarkan itu menjadi
keliru. Munculnya kekeliruan mengikuti urutan tertentu.