Selasa, 19 Maret 2013

Makalah Pilihan Kata (Diksi) dan Makna dalam Puisi



         
KATA PENGANTAR
 
   Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah Swt. Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang membahas tentang “Pilihan Kata (diksi) dan Makna dalam Puisi”.

Penulis memperoleh banyak reperensi dari buku yang berjudul “PUISI” karangan Rachmat Djoko Pradopo, dkk. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap kerangka acuan makalah ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan kepada para pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya. Mohon maaf  jika terdapat banyak kekurangan dalam penulisan ataupun dalam segi kelengkapan dalam makalah ini.








Pekanbaru, 23 September 2012

Kelompok 6

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………….…1
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………...2
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang…………………………………………………………………………..…….3
1.2  Perumusan Masalah…………………………………………………………………..……….3
1.3  Tujuan…………………………………………………………………………………..……..3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Diksi atau pilihan Kata……………………………………………………………4
2.2 Pengertian Kosakata………………………………………………………………………….
.6
2.3 Pengertian Denotasi dan Konotosi……………………………………………………………
7
2.4 Pengertian Kata Nan Indah…………………………………………………………………..
.8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………………
9
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………..…….10








BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Kata diperoleh secara berangsur-angsur sejak masih kanak-kanak hingga dewasa. Agar dapat memahami puisi, secara keseluruhan, seseorang perlu memahami arti kata dan efek yang ditimbulkannya. Oleh karena itu, kami akan membahas pokok pembahasan yang berkaitan dengan masalah kata dan penggunaannya.

Sebagai alat untuk komunikasi, penggunaan kata ternyata harus disesuiakan dengan hal-hal yang akan diutarakan, situasi dan kondisi ketika kata tersebut digunakan, dan selera orang yang menggunakan.
(1)   Pilihan kata (diksi);
(2)   Kosakata;
(3)   Denotasi dan Konotasi;
(4)   Kata Nan Indah.

1.2 Perumusan Masalah
            1. Apa pengertian diksi atau pilihan kata dalam puisi?
            2. Apa pengertian Kosakata?
            3. Apa pengertian denotasi dan konotasi?
            4. Apa pengertian kata nan indah?

1.3 Tujuan
            1. Mengetahui pengertian diksi atau pilihan kata dalam puisi.
            2. Mengetahui pengertian Kosakata.
            3. Mengetahui pengertian denotasi dan konotasi.
            4. Mengetahui pengertian kata nan indah.


BAB II PEMBAHASAN

2.1 Diksi atau Pilihan Kata dalam Puisi

         Manusia ternyata tidak pernah bisa melepaskan dari kebutuhan mempergunakan kata. Selagi manusia masih merasakan hidup sebagai makhluk individu dan sekaligus juga sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa tidak harus selalu berhubungan dan menggunakan kata untuk berkomunikasi dengan orang lain. Jumlah kata yang diperoleh dan kemudian disimpan dalam benak manusia, jelas sudah tak terhitung lagi. Sebelum digunakan, kata-kata tersebut diseleksi, dipilih, kemudian baru dipergunakan sesuai dengan maksud dan keinginan yang ingin diutarakan. Penggunaan kata ternyata harus disesuaikan dengan hal-hal yang akan diutarakan, situasi dan kondisi, ketika kata tersebut digunakan, dan selera orang yang menggunakan.

            Kata-kata yang telah dipergunakan oleh penyair didalam puisi, oleh Slametmuljana (1956:4) disebut sebagai kata berjiwa yang berbeda dengan kata dalam kamus yang masih menunggu pengolahan. Kata-kata dalam puisi merupakan kata-kata pilihan penyair yang dihadirkan setelah melalui pertimbangan:
1.      Dapat mewakili perasaan penyair;
2.      Dapat mewakili sikap penyair terhadap sesuatu;
3.      Dapat menimbulkan efek estetis yang dalam;
4.      Dapat mendorong timbulnya perasan tertentu setiap orang yang membaca maupun yang mendengarkan.

            Diksi merupakan pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan). Diksi juga berarti kemampuan memilih kata dengan cermat sehingga dapat membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna gagasan yang ingin disampaikan, kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa. Puisi dibutuhkan kemampuan untuk memilih kata-kata yang tepat sehingga dapat mewakili dan menggambarkan hal-hal yang dikehendakinya. Menyusun kata-kata dengan cara sedemikian rupa sehingga artinya menimbulkan imajinasi estetik. Diksi merupakan suatu proses, maka hasil yang diharapkan ialah nilai kepuitisan.
            Diksi puisi memang bukan pekejaan yang mudah, dan bahkan kadang-kadang terkesan bahwa membuat puisi tidakbisa sekali jadi, tetapi melalui proses yang lama.
Contoh puisi karangan Chairil Anwar
Kerikil Tajam
Cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan ditingkap merapuh
dipikul angin yang terpendam
Aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi memang dulu ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini
Hidup hanya menunda kekalahan
tembah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan
sebelum pada akhirya kita menyerah
Dalam versi lain bait terakhir tersebut diubah sebagai berikut,
Hidup hanya menunda kekalahan
tembah jauh dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan
sebelum pada akhirya kita menyerah
            Menurut analisis Pradopo (1987:56), kata “terasing” mengandung makna “terpencil”, menunjukkan rasa keterasingan, sedangkan kata “jauh” menunjukkan jarak atau kesenjangan.

2.2 Kosakata
            Kata sebagai alat komunikasi ternyata tidak pernah statis. Tetapi cenderung lebih bersifat dinamis. Kedinamisan kata ini terlihat jelas ketika kata dirangkaikan dengan kata lain ternyata menimbulkan kata baru. Di samping itu, kata juga selalu bertambah jumlahnya sejalan dengan perkembangan situasi dan kondisi zaman dan budaya manusia. Kata-kata baru dibentuk atau diserap ke dalam bahasa Indonesia dengan cara:
a.       Penggabungan kata yang sudah lazim dalam bahasa Indonesia;
b.      Kata Indonesia namun sudah tidak lazim;
c.       Kata dalam bahasa serumpun;
d.      Kata dalam bahasa serumpun namun sudah tidak lazim dipakai;
e.       Kata dalam bahasa Inggris;
f.       Kata dalam bahasa asing selain bahasa Inggris;

Di samping itu, juga harus dipertimbangkan hal-hal:
a.       Ketepatan.
b.      Kesingkatan atau kepadatan.
c.       Tidak berkonotasi buruk.
d.      Merdu atau enak didengar.

Uraian diatas adalah menyangkut penggunaan kata dalam bahasa sehari-hari. Kata-kata yang dipergunakan oleh penyair dalam puisi dilihat dari bentuknya tidak jauh berbeda dengan kata-kata yang digunakan dalam percakapan sehari-hari. Di samping itu, ada juga penyair yang mempergunakan kata-kata bahasa daerah, misalnya dari bahasa Jawa seperti bait puisi Darmanto Jatman yang bejudul “Kisah Karto Tukul dan Saudaranya Atmo mBoten”. Kadang-kadang penyair juga memasukkan kata-kata yang asing dalam bentuknya yang asli (tidak dalam bentuk serapan). Bahkan kadang-kadang seorang penyair dapat juga mempergunakan kata-kata kuna yang sudah mati (tidak pernah digunakan lagi pada masa sekarang) tetapi harus dapat menghidupkannya kembali. Seorang penyair harus memiliki kosakata (pembendaharaan kata) yang banyak, bahwa kosakata atau perbendaharaan kata seorang penyair mutlak diperlukan.

2.3 Denotasi dan Konotasi
            Pertimbangan yang digunakan untuk memilih atau menyeleksi kata tersebut ialah pemanfaatan makna yaitu makna yang dapat menimbulkan rasa estetis. Kata memang selalu mengacu pada makna referensinya, yaitu makna yang ada dalam konsep atau pemikiran pemakainya, atau makna yang sesuai dengan keterangan yang ada di dalam kamus. 

Kata-kata dengan makna denotatif, karena sifatnya yang objektif, lugas, atau apa adanya menjadikan kata tersebut mudah dipahami dan tidak menimbulkan banyak tafsir. Oleh karena itu, tulisan yang memuat adanya nilai keobjektifan, seperti makalah jurnal, laporan penelitian, skripsi, thesis, dan disertai, dianjurkan untuk ditulis dengan menggunakan kata yang memiliki makna denotatif. Demikian juga karangan yang ingin menggambarkan keadaan secara realistis, karena karangan demikian sifatnya juga objektif maka kata-kata yang digunakan ialah kata-kata yang bermakna denotatif.

Kata-kata yang bermakna denotatif juga sering dijumpai terutama pada puisi-puisi yang beraliran realis, yaitu puisi yang menggambarkan segala sesuatu secara realistis, apa adanya. Dalam aliran ini, pelukisan kejadian dilaksanakan secara teliti tidak berlebihan dan tidak pula dikurangi.

Kata, selain memiliki makna denotatif, juga memiliki makna konotatif, yaitu makna kata tambahan. Menurut Kridalaksana (1983:90) makna konotatif ialah makna yang didasarkan atas perasaan atau pikiran yang timbul atau ditimbulkan pada pembicara dan pendengar. Dalam KBBI (1991:456) makna konotatif ialah makna tautan pikiran yang menimbulkan nilai pada seseorang ketika berhadapan pada sebuah kata. Jadi, konotatif adalah makna tambahan yang timbul berdasarkan nilai rasa seseorang.

Kebanyakan di dalam puisi justru menggunakan kata-kata yang memiliki muatan makna konotatif, sebab kata-kata seperti itu di samping maknanya menimbulkan banyak tafsir juga menimbulkan nilai rasa estetis, makna tersebut ditimbulkan oleh asosiasi-asosiasi yang keluar dari makna denotatifnya.


2.4 Kata Nan Indah
Setiap kata ternyata memiliki karakter atau sifat bawaan yang berbeda dengan kata yang lain. Sifat atau karakter tersebut ternyata juga sangat berguna dalam menimbulkan suasana dan bayangan yang ada dalam puisi. Salah satu karakter yang menonjol yaitu keindahan yang ada dan melekat dengan sendirinya pada kata tersebut, atau dengan kata lain sifat indah bawaan yang dimiliki kata tersebut.

Nilai keindahan bawaan suatu kata bisa terlihat dalam dua hal, yaitu keindahan bunyinya dan keindahan maknanya.. kedua nilai keindahan tersebut melekat erat pada kata tersebut secara alami. Kata yang memiliki sifat keindahan bawaan disebut efoni. Kata yang berbunyi indah sebetulnya ditentukan oleh, bentuk bunyi vokal dan konsonannya, dan susunan bunyi vokal dan konsonannya.

A.    Bentuk Bunyi Vokal
Bunyi vokal menurut Kridalaksana (1983:177) ialah bunyi bahasa yang dihasilkan getaran pita suara, dan tanpa penyempitan dalam saluran suara pada bagian tenggorokan yang berisi pita suara. Bentuk bunyi vokal yang membuat indah ialah vokal ‘i’ yang terletak pada akhir suku kata atau bunyi yang bersusunan e - i, menurut Pradopo (1987:33) mengandung rasa ringan, kecil, tinggi, dan mudah diucapkan. Misalnya “gerimis”, “sepi”. Begitu juga dengan kata yang bersusunan vokal a – i, misalnya “gadis”, “manis”.

B.     Bentuk Konsonan
Bunyi konsonan adalah bunyi bahasa yang dilakukan dengan menghambat aliran udara pada salah satu tempat pada saluran suara di atas celah di antara kedua selaput suara (Kridalaksana, 1983:91).

Makna Indah
Makna indah adalah makna yang mempunyai tautan dengan nilai rasa. Misalnya, kata “gadis” di samping memiliki bunyi yang indah juga memiliki konotasi yang lebih indah dibandingkan dengan kata “perawan”. Jadi, makna yang indah itu tidak bisa terlepas dari makna konotatif yang melekat pada kata tersebut.

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan

Diksi merupakan pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan). Diksi juga berarti kemampuan memilih kata dengan cermat sehingga dapat membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna gagasan yang ingin disampaikan, kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa. Kata sebagai alat komunikasi ternyata tidak pernah statis. Tetapi cenderung lebih bersifat dinamis. Kedinamisan kata ini terlihat jelas ketika kata dirangkaikan dengan kata lain ternyata menimbulkan kata baru. Kata-kata dengan makna denotatif, karena sifatnya yang objektif, lugas, atau apa adanya menjadikan kata tersebut mudah dipahami dan tidak menimbulkan banyak tafsir. konotatif adalah makna tambahan yang timbul berdasarkan nilai rasa seseorang. makna yang indah itu tidak bisa terlepas dari makna konotatif yang melekat pada kata tersebut.






DAFTAR PUSTAKA

Pradopo,  Rachmad Djoko. 2001. Puisi. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.




Tidak ada komentar: