Kamis, 25 April 2013

Pengkajian Naskah Drama dan Beberapa Pendekatannya



 Makalah ini disusun oleh:
1.     Puspita Sari
2.     Desi Indah Pertiwi
3.     Jarniati Sari

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2013





KATA PENGANTAR

            Puji syukur kehadirat Allah Swt., yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah_Nya, karena berkat ridho dan kemudahan_Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dan sebaik mungkin untuk menyelesaikan makalah tugas mata kuliah “Prosa Fiksi dan Drama” yang diasuh oleh dosen pembimbing Drs. Darusman AR.,M.Pd. dan teman-teman seperjuangan yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.  Sehingga makalah ini selesai dibuat sebagai bahan persentasi yang membahas tentang Pengkajian naskah Drama dan Beberapa Pendekatan Drama.

Penulis berharap bahwa makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan umumnya bagi pembaca, dosen dan pendidik lainnya. Karena dalam makalah ini berisi tentang naskah drama. Selain itu kami menyusun makalah ini dengan semaksimal mungkin, dan mengambil bahan dari berbagai sumber untuk kesempurnaan makalah ini. Tetapi jika ada saran atau kritik yang dapat membangun dan kesempurnaan makalah ini, penulis dapat menerima dan akan dipertimbangkan.





Pekanbaru,  25 Maret 2013

Penulis







BAB I  PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Sastra adalah suatu seni yang hidup bersama-sama dengan bahasa. Tanpa bahasa sastra tidak mungkin ada. Melalui bahasa ia dapat mewujudkan dirinya berupa sastra lisan, maupun tertulis. Walaupun perwujudan sastra menggunakan bahasa, kita tidak dapat memisahkan sastra dari bahasa, ataupun membuangnya dari peradaban bahasa itu sendiri.

Drama adalah salah satu jenis karya sastra yang mempunyai kelebihan dibandingkan dengan karya sastra jenis lain, yaitu unsur pementasan yang mengungkapkan isi cerita secara langsung dan dipertontonkan di depan umum. Oleh karena itu setiap tokoh mempunyai sifat-sifat kritis sebagai penyampai amanat dari pengarangnya, misalnya satire, humor, ambiguitas, sarkasme ataupun kritik-kritik sosial lainnya yang tergambar melalui dialog-dialog antartokoh. Unsur paling pokok dalam sebuah drama ada empat, yaitu lakon (naskah drama atau text play), pemain (aktor atau aktris), tempat (gedung pertunjukan), dan penonton. Pada hakekatnya Prosa Fiksi dalam bentuk naskah drama adalah suatu cerita rekaan yang didalamnya terdapat struktur yang di bangun oleh unsur-unsur sastra.

          Pada sebuah drama atau naskah drama terdapat beberapa pendekatan-pendekatan. Setiap naskah drama dapat di analisis dan dikaji melalui pendekatan drama. Yaitu: Pendekatan Objektif, Pendekatan Mimesis, Pendekatan Ekspresif, Pendekatan Pragmatik, Pendekatan Posmodernisme, Pendekatan Studi Kultural, Pendekatan Feminisme.






1.2  Rumusan Masalah

1.2.1       1.  Apa yang dimaksud dengan drama?
1.2.2       2.  Apa sajakah pendekatan drama?
1.2.3   3. Menggunakan pendekatan apakah dalam Naskah Drama Lagu-Lagu Bawah Tanah Karya Iswadi  Bahardur?

1.3  Tujuan
1.3.1        1. Untuk mengetahui tentang drama.
1.3.2         2.  Untuk mengetahui apa saja yang termasuk pada pendekatan drama.
1.3.3     3. Untuk mengetahui pendekatan yang digunakan dalam Naskah Drama Lagu-Lagu Bawah Tanah Karya Iswadi  Bahardur.








BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Drama
Drama adalah sebuah genre sastra penampilan fisiknya memperlihatkan secara verbal adanya dialog atau cakapan di antara tokoh-tokoh yang ada. Selain itu, lazimnya sebuah karya drama juga memperlihatkan adanya semacam petunjuk pemanggungan yang akan memberikan gambaran tentang suasana, lokasi, atau apa yang dilakukan oleh tokoh (Wahyudi, 2006: 95). Drama (karya sastra) merupakan sebuah struktur. Struktur di sini dalam arti bahwa karya sastra itu merupakan susunan unsur-unsur yang bersistem, yang antara unsur-unsurnya terjadi hubungan yang timbal balik, saling menentukan. Jadi, kesatuan unsur-unsur dalam sastra bukan hanya berupa kumpulan atau tumpukan hal-hal atau benda-benda yang berdiri sendiri-sendiri, melainkan hal-hal itu saling terikat, saling berkaitan, dan saling bergantung.

a)    Jenis-jenis Drama
Pada umumnya drama di bagi menjadi enam bagian, yaitu:
a)    Drama Tragedi;
b)   Drama Komedi;
c)    Drama Tragedi-Komedi;
d)   Drama Opera;
e)    Drama Pantonim;
f)    Drama Bangsawan.

2.2      Pendekatan Drama
2.2.1        Pendekatan Objektif (struktural dan struktural semiotik),
2.2.2        Pendekatan Mimesis (sosiologi sastra),
2.2.3        Pendekatan Ekspresif (hermeuneutik/menafsirkan makna),
2.2.4        Pendekatan Pragmatik (resepsi sastra & intertekstual, Pendekatan pragmatis
memberikan perhatian utama terhadap peranan pembaca),
2.2.5        Pendekatan Posmodernisme (Dekonstruksi adalah sebuah metode pembacaan teks. Poskolonial atau Postkolonialisme umumnya didefinisikan sebagai teori yang lahir sesudah kebanyakan negara-negara terjajah yang memperoleh kemerdekaannya),
2.2.6        Pendekatan Studi Kultural atau biasa disebut cultural studies adalah suatu proyek yang mengasikkan dan cair, yang mengisahkan kepada kita cerita tentang dunia yang tengah berubah dengan harapan agar kita dapat memperbaikinya),
2.2.7        Pendekatan Feminisme.

Sebenarnya pendekatan drama merupakan alternatif-alternatif dari pendekatan lain yang juga dapat dilakukan untuk mengapresiasi karya sastra drama. Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya mengenail hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengapresiasikan karya sastra drama. Salah satunya Hamidy (1984:15), yang menyatakan bahwa karya sastra drama dapat diapresiasi melalui berbagai pendekatan dalam segi berikut :

a)    Pendekatan dari segi fungsi
Pendekatan ini biasanya dihubungkan dengan peranan-peranan yang dapat dimainkan di dalam suatu drama oleh masyarakat.

b)   Pendekatan derajat peristiwa
Pendekatan ini dihubungkan dengan alur, yaitu dalam bentuk bagaimanaderajat seperti eksposisi, komplikasi, krisis, sampai kepada penyelesaian.

c)    Pendekatan terhadap tema
Hal ini biasanya mengenai perbandingan tiap-tiap kesatuan peristiwa di dalam drama, sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan mengenai ide yang hendak disampaikan dari cerita dalam drama tersebut.

d)   Pendekatan dari sudut gaya
Pendekatan ini menyangkut bagaimana perkembangan sistematika dalam suatu drama dalam kaitannya terhadap pantulan gaya yang hendak disampaikan kepada para pembaca.
e)    Pendekatan dengan segi aliran gaya
Beberapa pendekatan aliran karya sastra, yaitu: realisme, naturalisme, dan ekspresionisme.
 
2.3 Pendekatan Objektif dalam Naskah Drama Lagu-Lagu Bawah Tanah Karya Iswadi  Bahardur.

Teori Mursal Esten. Mursal Esten (1978:20) mengatakan hal-hal yang berhubungan dengan struktur, seperti alur (plot), latar, pusat pengisahan dan penokohan, kemudian juga hal-hal yang berhubungan dengan pengungkapan tema dan amanat.

Penulis mengkaji sebuah drama dan menganalisis naskah drama dalam pendekatan objektif. Naskah drama Lagu-Lagu Bawah Tanah Karya Iswadi Bahardur dalam analisis pendekatan objektif. Pendekatan objektif yaitu analisis yang menyangkut tentang unsur instrinsik seperti tema, latar, alur, penokohan, sudut pandang, gaya bahasa dan amanat.

2.3.1        Tema
Esten (1978 : 22) mengemukakan bahwa tema adalah sesuatu yang menjadi pemikiran, sesuatu yang menjadi persoalan bagi pengarang.
2.3.2        Dialog
Menurut kamus istilah sastra yang diterbitkan oleh balai pustaka, dialog adalah percakapan di dalam karya sastra antara dua tokoh atau lebih yang biasanya mencerminkan pertukaran pikiran atau pendapat.
2.3.3        Peristiwa
Menurut kamus istilah sastra yang diterbitkan oleh balai pustaka, Peristiwa atau kejadian merupakan unsur alur yang merupakan kejadian yang penting atau kisaran pendek yang berhubungan dengan suatu situasi. Jika peristiwa dirangkai secara berkaitan, ia menjadi episode dalam alur.
2.3.4        Latar atau Setting
Menurut Zakaria (1981 : 23) mengatakan bahwa latar merupakan tempat terjadinya peristiwa atau tempat berlakunya peristiwa. Latar dalam suatu cerita drama merupakan gambaran tentang tempat, suasana, dan waktu terjadinya suatu peristiwa secara umum.
2.3.5        Penokohan atau Perwatakan
Penokohan dalam suatu cerita drama merupakan suatu hasil kreatif pengarang secara imajinatif dalam melukiskan watak dan pribadi para tokoh melalui sikap, cakapan serta perbuatannya.
     Untuk mengenal dan memahami para watak tokohyang ada di dalam sebuah cerita, kita dapat meneliti:
                        (1) apa yang dilakukan,
                        (2) apa yang dikatakannya,
                        (3) apa sikapnya dalam menghadapi persoalan,
                        (4) bagaimana penilaian tokoh lain atas dirinya (Sumardjo, 1984 : 67).
       2.3.6    Alur atau Plot
Menurut Rusyana (1978 : 67), yang dimaksud alur atau jalannya cerita adalah rangkaian cerita yang di bentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita. Alur merupakan susunan peristiwa yang terpilih dan diatur oleh pengarang secarara logis dalam hubungan sebab akibat, sehingga memebentuk suatu cerita yang utuh.
2.3.7        Sudut Pandang
Menurut Wiyanto (2005:83) mengemukakan sudut pandang adalah posisi pencerita (pengarang) terhadap kisah yang diceritakannya.
2.3.8        Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang digunakan pengarang akan menentukan kenikmatan dalam membca karya sastra, Menurut selamet dan simanjuntak (Sekada, 1987 : 84), mengatakan bahwa gaya bahasa merupakan susunan perkataan yang terjadi karena perasaan yang tumbuh atau yang hidup dalam hati penulis, dan yang sengaja ataupun tidak sengaja menimbulkan suatu perasaan tertentu dalam hati pembaca.
2.3.9        Amanat
Amanat adalah pesan moral yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca naskah atau pendengar (dalam hal ini) dan juga penonton drama. Artinya penonton dapat menyimpulkan pesan moral yang telah ia dengar baca atau saksikan.

NASKAH DRAMA LAGU-LAGU BAWAH TANAH KARYA ISWADI BAHARDUR DALAM ANALISIS PENDEKATAN OBJEKTIF
A. Sinopsis
Lastri salah seorang napi wanita yang menuntut atas kematian Ayu, adik kandungnya. Lastri menuntut kepada pihak Arab Saudi agar kasus kematian yang menimpa adiknya diusut namun tuntutan itu membuatnya harus berhadapan dengan seorang nyonya Habibah yang kaya dan berkuasa. Dengan kekayaannya itu dia menuntut balik kepada Lastri dan Lastri dituduh mencemarkan nama baik nyonya Habibah, dia pun dijebloskan kedalam penjara.

Penjara telah mempertemukan Lastri dengan napi-napi wanita yang lainnya. Jeng Asti adalah nyonya besar yang dipenjara karena membunuh dan memutilasi suaminya yang berselingkuh dengan wanita lain. Di samping itu Lastri juga mengenal Sagita, sosok tomboy, pencuri ulung yang dipenjara karena kasus narkoba. Takdir juga mempertemukannya dengan Komalasari, Komalasari adalah artis yang sangat terkenal dia di penjara karena mengedarkan video mesumnya ke tengah publik sekaligus kasus narkoba. Di sana dia mengenal beberapa napi wanita lainnya seperti Dewi Sastri dan Jani. Dewi Sastri merupakan aktivis perempuan yang dituduh menggerakan demonstrasi buruh yang menewaskan menteri HAM dan Jani merupakan perempuan desa yang berprofesi sebagai pelacur. Jani membunuh mucikari tempat dia bekerja alasannya dia sakit hati karena upah yang diterimanya tidak sebanding dengan apa yang telah dilakukannya.

Di penjara Lastri dijenguk oleh keluarganya, Ayah, Ibu juga Badai dan Wulan. Ayah Lastri adalah ayah yang tidak bertangung jawab, marah-marah dan kadang susah dimengerti. Dan Nirimoni ibu Lastri hanya membisu tak mau bicara sejak mengetahui kematiaan Ayu. Di samping itu Badai adiknya yang pergi bertahun-tahun meninggalkan rumah datang pada Lastri dengan maksud hendak menawarkan bantuan tapi Lastri menolaknya. Penolakan Badai juga didukung oleh Wulan. Lastri tak mau menerima bantuan adiknya. Dia lebih memilih untuk mengusut tuntas kasus Ayu sendirian, juga kasus yang menimpa dirinya.

Keberanian Lastri menghadapi kasus yang menimpanya mendapat perlawanan dari nyonya Habibah majikan yang membunuh Ayu. Dengan berbagai cara nyonya Habibah menuntut Lastri agar tuntutannya dibatalkan tapi Lastri menolaknya sehingga dia kembali dipenjara, dipukul dan disiksa oleh para sipir.

B. Analisis Naskah Dalam Pendekatan Objektif
1)      Tema
Perjuangan Lastri dalam menuntut kasus atas kematian adiknya yang dibunuh oleh majikan.
2)       Latar atau Setting
Naskah ini berlatarkan di penjara wanita lihat kutipan berikut:
(Pertunjukan ini mengambil tempat di tahanan khusus wanita narapidana perempuan. Di dalam sel besar yang mampu menampung enam narapidana).
3)      Alur
Alur dalam drama ini adalah alur maju. Alur yang berlangsung secara berkelanjutan dan memuncak. Pada babak pertama dimulai dengan perkenalan Lastri dengan para napi di dalam sel tahanan, kemudian alur cerita dilanjutkan berikutnya yaitu pertemuan Lastri dengan keluarganya di ruang khusus tempat para napi menerima tamu, selanjutnya pada suatu peristiwa pada babak tiga Lastri juga dikunjungi oleh nyonya Habibah bersama pengacaranya di penjara dan sampailah pada klimaksnya. Klimaks dalam drama ini yaitu pada saat Lastri mengetahui, dan kaget bahwa ternyata yang membunuh Ayu adalah nyonya Habibah majikan Ayu sendiri.
4)  Penokohan
a.       Lastri seorang pidana wanita ( tokoh protagonist) sosok kakak yang baik dan pemberani.
b.      Badai  adik Lastri yang memilih menjadi waria memiliki watak yang baik dan penolong.
c.      Wulan adik Badai yang membenci kakak lelakinya yang menjadi banci. Wulan sangat kasar, egois dan pemarah.
d.     Nirimoni berperan sebagai ibu yang membangun watak sabar, pasrah dan selalu menerima apa saja yang dilakukan kepada dirinya (tokoh sederhana).
e.       Abdi adalah sosok seorang ayah yang tidak bertanggung jawab sulit dimengerti. Dan memiliki watak yang bermacam-macam. Kadang marah, beringas kadang baik hati. Tokoh Abdi disebut juga sebagai tokoh bulat.
f.       Jeng Asti nara pidana yang mengalami trauma. Wataknya jahat, pemarah, cerewet dan pencemooh.
g.        Dewi Sastri adalah sosok narapidana yang sangat dewasa berpikir rasional, dan baik.
h.      Sagita adalah narapidana tomboy pengedar narkoba. Pencemooh, keras kepala, pemarah.
i.          Jani adalah wanita pelacur. Jani berwatak santai, sabar dan mau menerima kenyataan.
j.          Komalasari merupaka artis yang pandai mempengaruhi narapidana lain.
k.        Murti narapidana yang berwatak takut, penangis dan cengeng.
l.         Nyonya Habibah tokoh jahat, cerewet merupakan tokoh antagonis.
m.    Pengacara nyonya Habibah. Kurang ajar nakal dan licik

5)   Sudut Pandang
 Naskah drama lagu bawah tanah ini menggunakan sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga.
6)   Gaya Bahasa
Gaya bahasa dalam naskah drama ini menggunakan majas metafora, gaya bahasa perumpamaan, gaya bahasa sarkasme, Gaya bahasa  ironi, dan gaya bahasa simile.
7)  Amanat
Hukum hanya untuk orang-orang yang punya kekuasaan. Jangan pernah percaya pada suatu hal bila belum tahu kebenarannya.






BAB III  SIMPULAN

3.1 Simpulan
1.      Drama adalah salah satu jenis karya sastra yang mempunyai kelebihan dibandingkan dengan karya sastra jenis lain, yaitu unsur pementasan yang mengungkapkan isi cerita secara langsung dan dipertontonkan di depan umum.
2.      Jenis-jenis Drama
Pada umumnya drama di bagi menjadi enam bagian, yaitu:
a)      Drama Tragedi;
b)      Drama Komedi;
c)      Drama Tragedi-Komedi;
d)     Drama Opera;
e)      Drama Pantonim;
f)       Drama Bangsawan.
3.      Teori Mursal Esten. Mursal Esten (1978:20) mengatakan hal-hal yang berhubungan dengan struktur, seperti alur (plot), latar, pusat pengisahan dan penokohan, kemudian juga hal-hal yang berhubungan dengan pengungkapan tema dan amanat.
4.      Kajian sastra memiliki berbagai pendekatan. pendekatan-pendekatan itu ialah Objektif, mimesis, pragmatik, ekspresif, feminisme, dan Postkolonialisme.
5.      Naskah Drama Lagu-Lagu Bawah Tanah Karya Iswadi Bahardur dikaji dengan pendekatan objektif.

           






Tidak ada komentar: