Cerita 2
Eci,
gadis muda belia berusia 20 tahun, hidup hanya dengan ibunya disebuah kontrakan
kecil. Sedangkan ayahnya 3 tahun yang lalu meninggal dunia karena penyakit
kanker paru-paru. Ayahnya, semasa hidup mempunyai hobi yang tidak bisa
ditinggalkan yaitu merokok, ia terlalu kecanduan untuk merokok sehingga zat
adiktif yang terkandung dalam rokok tersebut dengan senang hati menggerogoti
paru-parunya dan di usia 43 tahun ayahnya menghembuskan nafas terakhir di Rumah
Sakit Umum di Jakarta.
Setelah
ayahnya meninggal dunia, yang mencari nafkah adalah ibunya sebagai pencuci baju
tetangga yang memerlukan jasanya. Eci pun hanya membantu sebisanya saja. Tetapi
lama kelamaan ibunya semakin sering sakit-sakitan, Eci tidak tega melihat
ibunya sakit tapi masih mengerjakan kewajibannya sebagai pencuci baju. Maka Eci
pun bertekad untuk mencari pekerjaan, ia melamar kerja di mana pun tetapi
hasilnya nihil. Saat sedang berjalan ia bertemu dengan seorang pria yang
bernama Ivan, dengan pria itu Eci menceritakan bahwa ia ingin mencari
pekerjaan. Maka Ivan mengajaknya ke suatu tempat di mana Eci bisa bekerja. Ivan
mengenalkan Eci dengan bosnya yang mempunyai Club. Maka Eci di terima sebagai
waters di Club tersebut.
Eci
senang bisa bekerja dan membantu ibunya, ia menyuruh ibunya untuk istirahat dan
tidak mencuci baju lagi. Ibunya pun menurut apa yang di katakan putri
tercintanya itu tanpa tahu anaknya kerja di mana? Sebagai apa?. Eci mulai
bekerja dari jam 13:00 sampai 24:00, lima hari Eci bekerja Ivan terus mendekati
Eci dan akhirnya mereka memutuskan untuk berpacaran. Satu bulan, dua bulan
mereka pacaran. Ivan sudah meminta sesuatu yang berlebihan selayaknya suami
istri, awalnya memang Eci tidak mau, tetapi lama kelamaan ia pun mau menuruti
permintaan pacarnya itu.
Ibunya
mencurigai anaknya bekerja sebagai apa, karena Eci pergi siang dan pulang larut
malam. Timbul pertanyaan di dalam hatinya untuk bertanya kepada Eci. Akhirnya
suatu pagi ibunya memberanikan diri untuk bertanya, “sayang, sebenarnya Eci
kerja di mana dan kerja apa ya, nak?”Eci menjawab, “sudah lah, Bu, jangan
pikirkan apa pekerjaan Eci yang penting ibu istirahat saja agar ibu cepat
sembuh ya. Eci menyayangi ibu”.(sambil mencium kening ibunya).
Semakin
lama Eci begitu mencintai pergaulan malamnya apa lagi hubunganya dengan Ivan
semakin larut dalam sebuah kegelapan yang membawa mereka dalam kelam
kehancuran. Ibunya sama sekali tidak mengetahui apa saja yang telah dilakukan
putrinya tersebut. Namun, pandangan para tetangganya sangat tidak menyukai
pekerjaan dan pergaulan Eci. Mereka mengatakan bahwa Eci adalah seorang pecun,
sangat tidak mempunyai moral dan etika. Ternyata gunjingan itu didengar
langsung ke telinga Eci dan ibunya. Ibunya hanya bisa menangis mendengar
gunjingan-gunjingan tetangga terhadap anak semata wayangnya itu.
Eci
berkata dalam hati, “mereka berpandangan seperti itu kepadaku karena mereka
tidak tahu lika-liku kehidupan yang aku dan ibuku jalani. Toh yang menjalani
aku, apa ruginya bagi mereka? Aku tidak mengganggu kehidupan mereka, aku hanya
tidak mau menjadikan kehidupanku yang susah ini menjadi lebih susah. Aku ingin
senang, menyenangkan ibuku dan menyenangkan hidup ini”. Kata-kata itu tidak
dilontarkan kepada mereka yang menggunjing Eci. Namun, hanya di simpan di
relung hati terdalam.
Tiga
tahun Eci menjalani kehidupan penuh dengan kegelapan dalam perjalan hidupnya.
Hingga akhirnya ia mengetahui bahwa ia terkena penyakit HIV/AIDS. Ternyata
tidak hanya Ivan saja sebagai pacarnya, yang menjamah mahkotanya. Tetapi Eci
sering bergonta-ganti pasangan melakukan layaknya sebagai suami istri hanya
demi mendapatkan uang tambahan. Tidak lama Eci mengetahui bahwa ia terkena
penyakit yang begitu mengagetkan hatinya, ibu Eci meninggal dunia karena
penyakit yang diderita ibunya tak kunjung sembuh. Kini Eci sadar bahwa sekarang
ia hanya hidup sebatang kara menantikan kematian yang akan merenggut nyawanya
melalui penyakit HIV/AIDS tersebut.
Dear
Dairy.,.
Aku
terlalu tenggelam di dalam sebuah samudra. Samudra yang perlahan menghanyutkan hidup ini untuk melakukan yang
dilarang agama. Aku hanya bisa terdiam menjalani kehidupan yang aku anggap ini
adalah kesenanganku, tapi berbeda dengan pandangan dan anggapan orang lain,
bahwa kehidupan yang aku jalani adalah sangat salah, sangat tidak bermoral dan
beretika.
Buah
Tangan : Puspita Sari
Blog : Puspitabungsu.blogspot.com
E-mail : Poezpithasari@yahoo.com
Fb : Poezpitha Ri Raziel
Blog : Puspitabungsu.blogspot.com
E-mail : Poezpithasari@yahoo.com
Fb : Poezpitha Ri Raziel
Tidak ada komentar:
Posting Komentar