Jumat, 22 Februari 2013

Cerita Dua Bungsu


Cerita 2

Eci, gadis muda belia berusia 20 tahun, hidup hanya dengan ibunya disebuah kontrakan kecil. Sedangkan ayahnya 3 tahun yang lalu meninggal dunia karena penyakit kanker paru-paru. Ayahnya, semasa hidup mempunyai hobi yang tidak bisa ditinggalkan yaitu merokok, ia terlalu kecanduan untuk merokok sehingga zat adiktif yang terkandung dalam rokok tersebut dengan senang hati menggerogoti paru-parunya dan di usia 43 tahun ayahnya menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Umum di Jakarta.

Setelah ayahnya meninggal dunia, yang mencari nafkah adalah ibunya sebagai pencuci baju tetangga yang memerlukan jasanya. Eci pun hanya membantu sebisanya saja. Tetapi lama kelamaan ibunya semakin sering sakit-sakitan, Eci tidak tega melihat ibunya sakit tapi masih mengerjakan kewajibannya sebagai pencuci baju. Maka Eci pun bertekad untuk mencari pekerjaan, ia melamar kerja di mana pun tetapi hasilnya nihil. Saat sedang berjalan ia bertemu dengan seorang pria yang bernama Ivan, dengan pria itu Eci menceritakan bahwa ia ingin mencari pekerjaan. Maka Ivan mengajaknya ke suatu tempat di mana Eci bisa bekerja. Ivan mengenalkan Eci dengan bosnya yang mempunyai Club. Maka Eci di terima sebagai waters di Club tersebut.

Eci senang bisa bekerja dan membantu ibunya, ia menyuruh ibunya untuk istirahat dan tidak mencuci baju lagi. Ibunya pun menurut apa yang di katakan putri tercintanya itu tanpa tahu anaknya kerja di mana? Sebagai apa?. Eci mulai bekerja dari jam 13:00 sampai 24:00, lima hari Eci bekerja Ivan terus mendekati Eci dan akhirnya mereka memutuskan untuk berpacaran. Satu bulan, dua bulan mereka pacaran. Ivan sudah meminta sesuatu yang berlebihan selayaknya suami istri, awalnya memang Eci tidak mau, tetapi lama kelamaan ia pun mau menuruti permintaan pacarnya itu.

Ibunya mencurigai anaknya bekerja sebagai apa, karena Eci pergi siang dan pulang larut malam. Timbul pertanyaan di dalam hatinya untuk bertanya kepada Eci. Akhirnya suatu pagi ibunya memberanikan diri untuk bertanya, “sayang, sebenarnya Eci kerja di mana dan kerja apa ya, nak?”Eci menjawab, “sudah lah, Bu, jangan pikirkan apa pekerjaan Eci yang penting ibu istirahat saja agar ibu cepat sembuh ya. Eci menyayangi ibu”.(sambil mencium kening ibunya).

Semakin lama Eci begitu mencintai pergaulan malamnya apa lagi hubunganya dengan Ivan semakin larut dalam sebuah kegelapan yang membawa mereka dalam kelam kehancuran. Ibunya sama sekali tidak mengetahui apa saja yang telah dilakukan putrinya tersebut. Namun, pandangan para tetangganya sangat tidak menyukai pekerjaan dan pergaulan Eci. Mereka mengatakan bahwa Eci adalah seorang pecun, sangat tidak mempunyai moral dan etika. Ternyata gunjingan itu didengar langsung ke telinga Eci dan ibunya. Ibunya hanya bisa menangis mendengar gunjingan-gunjingan tetangga terhadap anak semata wayangnya itu.

Eci berkata dalam hati, “mereka berpandangan seperti itu kepadaku karena mereka tidak tahu lika-liku kehidupan yang aku dan ibuku jalani. Toh yang menjalani aku, apa ruginya bagi mereka? Aku tidak mengganggu kehidupan mereka, aku hanya tidak mau menjadikan kehidupanku yang susah ini menjadi lebih susah. Aku ingin senang, menyenangkan ibuku dan menyenangkan hidup ini”. Kata-kata itu tidak dilontarkan kepada mereka yang menggunjing Eci. Namun, hanya di simpan di relung hati terdalam.

Tiga tahun Eci menjalani kehidupan penuh dengan kegelapan dalam perjalan hidupnya. Hingga akhirnya ia mengetahui bahwa ia terkena penyakit HIV/AIDS. Ternyata tidak hanya Ivan saja sebagai pacarnya, yang menjamah mahkotanya. Tetapi Eci sering bergonta-ganti pasangan melakukan layaknya sebagai suami istri hanya demi mendapatkan uang tambahan. Tidak lama Eci mengetahui bahwa ia terkena penyakit yang begitu mengagetkan hatinya, ibu Eci meninggal dunia karena penyakit yang diderita ibunya tak kunjung sembuh. Kini Eci sadar bahwa sekarang ia hanya hidup sebatang kara menantikan kematian yang akan merenggut nyawanya melalui penyakit HIV/AIDS tersebut.

Dear Dairy.,.
Aku terlalu tenggelam di dalam sebuah samudra. Samudra yang perlahan  menghanyutkan hidup ini untuk melakukan yang dilarang agama. Aku hanya bisa terdiam menjalani kehidupan yang aku anggap ini adalah kesenanganku, tapi berbeda dengan pandangan dan anggapan orang lain, bahwa kehidupan yang aku jalani adalah sangat salah, sangat tidak bermoral dan beretika.





Buah Tangan         : Puspita Sari
Blog                            : Puspitabungsu.blogspot.com
E-mail                       :
Poezpithasari@yahoo.com
Fb                                : Poezpitha Ri Raziel

Tidak ada komentar: