Jumat, 22 Februari 2013

Cerita satu Bungsu


Cerita 1

Aldi, aku adalah pria yang baru menginjak usia remaja, usiaku kini 17 tahun, siswa kelas 2 SMA N 1 sebuah sekolah ternama di Solo. Sekarang keseharian ku habiskan dengan belajar. Tapi ada satu yang mengganjal di sela aku menuntut ilmu. Aku adalah anak ke lima dari lima bersaudara.

Langsung saja ke topik permasalahan atau suatu masalah yang sekarang aku hadapi:
Aku, aku tak tau apakah yang aku lakukan ini salah atau benar. Tapi bagi kedua orang tua dan keluargaku, aku salah, aku adalah sumber aib. Tetapi mereka tak tahu & tak mengerti apa yang aku rasakan & apa yang aku inginkan. Memang ku akui, aku berbeda dengan selayaknya pria biasa. Aku mempunyai kelainan.
Aku tau, aku sumber aib keluargaku, aku melakukan kesalahan terbesar tapi aku tak bisa untuk merubahnya. Dengan susah payah aku menjelaskan kemauanku kepada kedua orang tuaku & keluargaku, tapi mereka tak menanggapi penjelasanku. Aku merasa dihakimi oleh keluargaku sendiri.

Sebenarnya aku tak mau seperti ini terus menerus, tapi hasrat yang ada di diri ini tak bisa hilang. eNtah aku yang menyalahi kodrat, entah emang ini hanya keinginan belaka ku saja. Aku mencintai sejenisku, aku menyayangi sejenisku, aku mengasihi sejenisku. Tak sedikitpun hati ini untuk bisa mencintai lawan jenisku, atau selayaknya seorang pria yang mencintai seorang wanita (pria normal). Aku terlanjur mempunyai atau memiliki kelainan ini.

Hingga suatu hari ketika ketahuan aku sedang bercumbu dengan sejenisku dikamar, yang mengetahui langsung aku seperti itu adalah ibu ku. Dengan rasa tak percaya & ibuku menangis, aku hanya bisa terdiam, tertunduk tanpa melihat ibuku yang sedang menangis. Aku tahu, hati & perasaan ibuku terluka. Dia begitu marah & seakan-akan ingin menamparku. Hari itu juga aku disidang oleh keluargaku, mereka menanyakan mengapa aku bisa seperti itu? Mengapa aku mencintai sesama jenisku?? mengapa aku mempunyai kelainan????

Dengan rasa bertanggung jawab aku menjawab pertanyaan-pertanyaan itu & dengan mudahnya aku menjawab, mungkin ini sudah takdirku yang diberi Tuhan untuk seperti itu. Tuhan yang mengirimkan rasa itu kepadaku. Aku hanya bisa menerima. Dengan rasa kecewa mereka pun hanya diam mendengarkan jawaban ku.

Beberapa hari kemudian aku mengulah lagi, tidak ada rasa penyesalan di hati ini yang telah melukai perasaan ibuku & membuat dia menangis. Aku berkomunikasi lagi dengan seorang pria yang berbeda dengan yang kemaren, aku coba menjalin hubungan lagi. Ketika suatu hari kedua orang tuaku tidak berada dirumah, akupun menyuruh pujaan hatiku untuk datang ke rumahku. Tetapi ada mas Ari yang tinggal tak jauh dari rumah ku, Mas Ari adalah abang kandungku. Ketika itu dia bertanya, “siapa itu Al??” Aku menjawab “teman sekelas aku, mas. Kami mau ngerjain tugas”. Mas Ari pun percaya. Saat aku dan kekasih hati di dalam kamar, tetapi bukannya mengerjakan tugas malah aku bercumbu dengan rasa nafsu yang menggebu dengan pria itu yang aku sebut “BF (boyfriend)”. Seorang dari tetanggaku curiga, dia bertanya pada mas Ari, “teman adik mu itu siapa??”. Mas Ari menjawab “ooohh, itu teman sekelas Aldi, mereka mengerjakan tugas, kenapa ya?”. Tetangga ku pun berkata “hhmmm, sepertinya itu bukan teman sekelas adik mu, coba kamu lihat dulu”. Tanpa bersuara lagi, ternyata mas Ari melihat kami dari jendela kamar ku. Dengan seketika dia pun naik pitam, lalu marah semarah-marahnya padaku & BF ku. Mas Ari pergi sejenak, akupun dengan sigap mengajak BF ku untuk pergi dari rumah itu.

Aku pergi dari rumah sudah hampir seminggu, aku yang masih remaja & masih sekolah tetapi nekad untuk kabur dari rumah, dan sekarang aku coba mencari kerja, akupun dapat pekerjaan sebagai penjaga toko baju. Dua hari aku kerja ditempat itu, Mas Ari menjemputku untuk di ajak pulang. Dengan segala bujuk rayuan, akupun mau kembali ke rumah. Sesampai di rumah, orang tuaku hanya menasehati beberapa kalimat saja “sekarang terserah kamu, mau lanjut sekolah atau bekerja, kami sudah tak perduli lagi dengan apa yang akan kamu lakukan. Kamu tahunya hanya memalukan keluarga, tak sedikitpun kamu kasihan kepada kami sebagai orang tua mu”. Begitulah kata Bapak kepada ku.
Sekarang aku sudah mulai belajar di sekolah seperti biasanya, berkumpul dengan teman-temanku, dan mulai melupakan masa laluku. Orang tuaku menyita Handpone ku, sehingga aku mulai menjauh & mencoba melupakan BF ku…


kini aku menjalani kehidupanku sehari-hari dengan sewajarnya, aku meyakini dalam hati, bahwa aku pasti bisa berubah.







Buah Tangan :  Puspita Sari
Blogg :          Puspitabungsu.blogspot.com
FB      :  Poezpitha Ri Raziel
E-mail :  Puspitasari@yahoo.com

Tidak ada komentar: