Saya sangat mengucap
syukur kepada Allah Swt., karena telah memberikan saya dua orang bapak dan dua
orang ibu serta satu orang abang, yang bagi saya sebagai pengganti mas Bambang.
Saya mempunyai orang tua angkat, sejak saya berusia dua bulan saya diasuh oleh
orang tua angkat hingga saya kelas 2 Sekolah Menengah Pertama (SMP) semester 2.
Ibu angkat saya adalah adik beradik kandung dari ibu kandung saya. Saya juga
sangat berterimakasih kepada bapak, ibu, dan mas Iwan yang begitu menyayangi
saya dan memanjakan saya. Walaupun kalian adalah keluarga yang hanya mengasuh
dan membesarkan saya tidak sampai saat sekarang dewasa, saya sangat merasakan
kasih sayang bapak, ibu dan Mas Iwan. Saya tidak mungkin bisa melupakan kalian
yang menyayangi saya.
Bapak Sugianto, bekerja sebagai buruh tani.
Bagi saya, bapak sangat baik kepada saya dan Mas Iwan. Semasa saya kecil bapak
sangat memanjakan saya, sebenarnya tidak hanya bapak tetapi juga ibu dan Mas
Iwan yang sangat menyayangi saya dan memanjakan saya. Setiap seminggu sekali,
bapak dan ibu selalu membelikan saya baju dan sandal, setelah itu mereka saling
mendahului memberikan baju yang bapak dan ibu beli untuk saya pakai. Jika saya
nakal, lalu ibu memarahi saya maka bapak akan datang untuk membela saya dan ibu
yang dimarahi begitu juga sebaliknya jika saya dimarahi bapak maka ibu yang
akan memarahi bapak. Sekarang saya sudah kuliah, di sini saya selalu teringat
dengan masa kecil saya bersama bapak, ibu, dan Mas Iwan. Sangat bahagia.
Ibu bernama Ibu Wasih,
Alm Wasih. Saya hanya dapat mengingat wajah ibu, keseharian ibu sampai saya
kelas 6 Sekolah Dasar (SD). Ibu meninggalkan saya, bapak, dan Mas Iwan akhir
tahun 2004, ibu meninggal dunia karena penyakit tekanan darah tinggi. Dulu
sewaktu saya masih sekolah SD, saya sakit dan diantar pulang oleh guru saya.
Sesampai dirumah bapak dan ibu tidak ada di rumah, mereka bekerja. Sepulang
bekerja dan ibu mendapati saya tiduran di kursi, ibu mendekati saya lalu panik.
Saya melihat ibu dan bapak sangat mengkhawatiri keadaan saya dan cepat-cepat
membawa saya ke rumah bidan terdekat. Jadi, menurut saya, sedangkan saya masih
dengan mereka, mereka sangat mengkhawatiri saya. Apa lagi saya sekarang sudah
kuliah jauh dari keluarga mungkin lebih dari khawatir. Dulu jika hujan turun
dan petir yang menakutkan datang, ibu memeluk saya lalu berkata “Wok, kalau ada geluduk cepet-cepet baca aku
anak putune Kyai Agung Selo” begitulah kata ibu saya, yang artinya “Nak, kalau ada petir cepat-cepat baca aku
anak cucunya Kyai Agung Selo” tetapi ibu tidak menjelaskan mengapa harus
menyebutkan kata-kata itu. Sejak saya kelas 2 SD, saya sudah diajarkan masak
nasi, masak lauk pauk, menyuci piring, menyuci baju, menyapu rumah, dan manyapu
halaman. Tetapi setelah setahun ibu meninggal, bapak saya menikah lagi dan saya
jadi membiarkan pekerjaan yang seharusnya saya kerjakan di rumah menjadi
pekerjaan istri muda bapak termasuk baju saya yang menyucikan adalah istri muda
bapak juga. Saya sangat kasihan dengan Alm ibu saya, pengganti ibu bukannya orang
yang baik tetapi malah orang yang bagi saya hanya mau harta bapak saya saja.
Buktinya setelah harta bapak banyak dijual dan mulai tidak mempunyai apa-apa,
istri muda bapak minggat (kabur) dari rumah meninggalkan bapak sendiri. Saya
sangat menyayangi ibu.
Ini
adalah abang saya satu-satunya, ia bernama Mas Salwan Haryono, A.Md., biasa
dipanggil Mas Iwan. Mas Iwan bekerja di kantor camat Panipahan. Mas Iwan
lulusan D3 Manajemen di Universitas Islam Riau. Sewaktu saya kecil dan mas
masih kuliah di Pekanbaru, saya selalu meminta kiriman buah-buahan, minuman
buah dan lain-lain. Mas mengirim surat kepada orang tua untuk mengirimkan biaya
semester, lalu ayahanda dan ibunda saya membalas dan menyelipkan uang untuk
biaya kuliah mas, saya dengan manjanya menulis surat juga untuk dikirim ke mas,
di dalam surat tersebut intinya saya menulis meminta kirimkan buah-buahan,
minuman buah dan sebagainya. Saya juga menuliskan tentang perkembangan sekolah
saya di SD.
Sebelum
saya memasuki pendidikan, yang mengajarkan saya naik sepeda adalah mas dan ibu
sampai saya bisa mengendarai sepeda dengan fasih. Kelas 4 SD saya diajarkan
mengendarai sepeda motor honda Kharisma dan kelas 5 SD saya juga diajarkan
mengendarai sepeda motor honda Mega Pro atau honda yang menggunakan klos sampai
saya benar-benar bisa. Sekarang mas sudah menikah dengan Kak Nurmahyuni, S.Pd.,
salah satu guru saya di SMA dan mengajarkan mata pelajaran yang sama dengan
saya ambil di Universitas Islam Riau, yaitu Bahasa dan Sastra Indonesia. Mereka
dikaruniai oleh Allah 2 orang anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar