Senin, 06 Mei 2013

Keluarga Kecilku, Sayaaaang



Saya sangat mengucap syukur kepada Allah Swt., karena telah memberikan saya dua orang bapak dan dua orang ibu serta satu orang abang, yang bagi saya sebagai pengganti mas Bambang. Saya mempunyai orang tua angkat, sejak saya berusia dua bulan saya diasuh oleh orang tua angkat hingga saya kelas 2 Sekolah Menengah Pertama (SMP) semester 2. Ibu angkat saya adalah adik beradik kandung dari ibu kandung saya. Saya juga sangat berterimakasih kepada bapak, ibu, dan mas Iwan yang begitu menyayangi saya dan memanjakan saya. Walaupun kalian adalah keluarga yang hanya mengasuh dan membesarkan saya tidak sampai saat sekarang dewasa, saya sangat merasakan kasih sayang bapak, ibu dan Mas Iwan. Saya tidak mungkin bisa melupakan kalian yang menyayangi saya.

   Bapak Sugianto, bekerja sebagai buruh tani. Bagi saya, bapak sangat baik kepada saya dan Mas Iwan. Semasa saya kecil bapak sangat memanjakan saya, sebenarnya tidak hanya bapak tetapi juga ibu dan Mas Iwan yang sangat menyayangi saya dan memanjakan saya. Setiap seminggu sekali, bapak dan ibu selalu membelikan saya baju dan sandal, setelah itu mereka saling mendahului memberikan baju yang bapak dan ibu beli untuk saya pakai. Jika saya nakal, lalu ibu memarahi saya maka bapak akan datang untuk membela saya dan ibu yang dimarahi begitu juga sebaliknya jika saya dimarahi bapak maka ibu yang akan memarahi bapak. Sekarang saya sudah kuliah, di sini saya selalu teringat dengan masa kecil saya bersama bapak, ibu, dan Mas Iwan. Sangat bahagia.

Ibu bernama Ibu Wasih, Alm Wasih. Saya hanya dapat mengingat wajah ibu, keseharian ibu sampai saya kelas 6 Sekolah Dasar (SD). Ibu meninggalkan saya, bapak, dan Mas Iwan akhir tahun 2004, ibu meninggal dunia karena penyakit tekanan darah tinggi. Dulu sewaktu saya masih sekolah SD, saya sakit dan diantar pulang oleh guru saya. Sesampai dirumah bapak dan ibu tidak ada di rumah, mereka bekerja. Sepulang bekerja dan ibu mendapati saya tiduran di kursi, ibu mendekati saya lalu panik. Saya melihat ibu dan bapak sangat mengkhawatiri keadaan saya dan cepat-cepat membawa saya ke rumah bidan terdekat. Jadi, menurut saya, sedangkan saya masih dengan mereka, mereka sangat mengkhawatiri saya. Apa lagi saya sekarang sudah kuliah jauh dari keluarga mungkin lebih dari khawatir. Dulu jika hujan turun dan petir yang menakutkan datang, ibu memeluk saya lalu berkata “Wok, kalau ada geluduk cepet-cepet baca aku anak putune Kyai Agung Selo” begitulah kata ibu saya, yang artinya “Nak, kalau ada petir cepat-cepat baca aku anak cucunya Kyai Agung Selo” tetapi ibu tidak menjelaskan mengapa harus menyebutkan kata-kata itu. Sejak saya kelas 2 SD, saya sudah diajarkan masak nasi, masak lauk pauk, menyuci piring, menyuci baju, menyapu rumah, dan manyapu halaman. Tetapi setelah setahun ibu meninggal, bapak saya menikah lagi dan saya jadi membiarkan pekerjaan yang seharusnya saya kerjakan di rumah menjadi pekerjaan istri muda bapak termasuk baju saya yang menyucikan adalah istri muda bapak juga. Saya sangat kasihan dengan Alm ibu saya, pengganti ibu bukannya orang yang baik tetapi malah orang yang bagi saya hanya mau harta bapak saya saja. Buktinya setelah harta bapak banyak dijual dan mulai tidak mempunyai apa-apa, istri muda bapak minggat (kabur) dari rumah meninggalkan bapak sendiri. Saya sangat menyayangi ibu.

Ini adalah abang saya satu-satunya, ia bernama Mas Salwan Haryono, A.Md., biasa dipanggil Mas Iwan. Mas Iwan bekerja di kantor camat Panipahan. Mas Iwan lulusan D3 Manajemen di Universitas Islam Riau. Sewaktu saya kecil dan mas masih kuliah di Pekanbaru, saya selalu meminta kiriman buah-buahan, minuman buah dan lain-lain. Mas mengirim surat kepada orang tua untuk mengirimkan biaya semester, lalu ayahanda dan ibunda saya membalas dan menyelipkan uang untuk biaya kuliah mas, saya dengan manjanya menulis surat juga untuk dikirim ke mas, di dalam surat tersebut intinya saya menulis meminta kirimkan buah-buahan, minuman buah dan sebagainya. Saya juga menuliskan tentang perkembangan sekolah saya di SD.

Sebelum saya memasuki pendidikan, yang mengajarkan saya naik sepeda adalah mas dan ibu sampai saya bisa mengendarai sepeda dengan fasih. Kelas 4 SD saya diajarkan mengendarai sepeda motor honda Kharisma dan kelas 5 SD saya juga diajarkan mengendarai sepeda motor honda Mega Pro atau honda yang menggunakan klos sampai saya benar-benar bisa. Sekarang mas sudah menikah dengan Kak Nurmahyuni, S.Pd., salah satu guru saya di SMA dan mengajarkan mata pelajaran yang sama dengan saya ambil di Universitas Islam Riau, yaitu Bahasa dan Sastra Indonesia. Mereka dikaruniai oleh Allah 2 orang anak.

Tidak ada komentar: