Sahabat adalah seseorang yang ada disaat kita butuh,
sedih, senang, susah, dan banyak lagi. Sahabat adalah orang yang sesudah
keluarga. Peran sahabat bagi saya adalah amat sangat penting. Maka tidak heran
sejak saya masih SD sampai sekarang mempunyai sahabat yang masih sama. Sahabat
yang saya maksud adalah Eka Putri Mai Serly, Qorina Fitri, dan Anisah. Mereka
adalah sahabat yang sangat saya sayangi dan sangat saya cintai. Sampai saya
tidak sanggup untuk kehilangan mereka. Hanya mereka teman yang tidak pernah
tergantikan sampai sekarang.
D’SaQoENis, itulah nama yang kami beri untuk persahabatan
kami. Saya dan Anisah melanjutkan kuliah di Universitas Islam Riau, Eka Putri
Mai Serly di Akademi Kebidanan Internasional Pekanbaru, dan Qorina Fitri tidak
melanjutkan pendidikan mungkin karena faktor ekonomi, karena sejak Qorina kelas
6 SD sudah ditinggal oleh Ayahnya. Tetapi sekarang Qorina menjadi guru TK di
Desa Babussalam Kecamatan Pujud.
Setelah saya memasuki perkuliahan, saya mendapatkan
sahabat baru. Maksudnya di kampus, saya mempunyai teman baru dan begitu dekat
dengan saya seperti ada Mbak Siti Suratmi (Mbak Tik) asal Kuantan Singingi,
Mbak Nuning Surya Lestari (Mbak Nuning) asal Kuantan Singingi, Ayu Rosalina
(Ayu) asal Siak Sri Indra Pura, Roza Nofitra Sari (Zaa) asal Kuantan Singingi,
dan Siti Rohmatun (Siro) asal Tanjung Balai Karimun (Kepri). Di tempat ini saya
mempunyai mereka, teman, sahabat sekaligus keluarga bagi saya. Kamipun memberi
nama singkatan untuk persahabatan kami dengan kata TiYuNiTiThaZaa. Tetapi
sayang, untuk sekarang Siro menjauh dari kami hanya ada masalah kecil dengan
Zaa kemaren. Memang sekarang mereka sudah baikan tetapi tidak bisa berkumpul
seperti dulu lagi. Begitu juga dengan Ayu, saya dan Ayu pernah ada masalah
kecil juga dan sekarang Ayu sama seperti Siro. Walaupun begitu, mereka tetap
orang yang baik bagi saya, karena mereka pernah menjadi orang yang berharga
bagi saya.
Menurut saya Mbak Tik dan Mbak Ning adalah sosok kakak
selama saya jauh dari keluarga. Mereka sudah saya anggap sebagai kakak saya
sendiri. Saya bisa manja dengan mereka karena mereka juga tahu bahwa saya
adalah anak bungsu, mereka menyebut saya anak manja. Ayu adalah gadis yang
sudah ditinggal oleh kedua orang tuanya saat Ayu berusia 7 tahun, sejak itu Ayu
tinggal dengan kakaknya yang nomor dua. Saya dan Ayu mempunyai banyak persamaan
dari segi keluarga, seperti kami sama-sama anak bungsu atau anak keempat,
mempunyai tiga orang kakak, dan mempunyai abang yang sudah meninggal sejak
kecil. Dari segi kepribadian, kami sama-sama suka makanan pecal yang sangat
pedas, kami suka makanan manis juga, menyukai warna yang sama yaitu warna ungu,
tetapi terkadang kami juga ada berbeda pendapat yang membuat kami sama-sama
mempertahankan argumen kami. Roza, saya menanggap dia adalah adik karena
diantara kami, Roza lah yang paling muda usianya tetapi walaupun Roza terlihat
anak kecil dan usia paling muda antara kami, Roza adalah sosok remaja dewasa,
mampu menyelesaikan masalah dengan baik sampai dosen pun mengatkan bahwa Roza
kecil-kecil cabe rawit dalam artian Roza orangnya lincah, suara lantang, dan
percaya diri. Siro, menurut saya adalah
teman yang baik, tetapi saya tidak bisa menceritakan kepribadian yang jelas
tentang Siro. Karena saya tidak terlalu dekat dengan Siro.
Selain
Mbak Tik, Mbak Ning, Ayu, Roza, dan Siro. Masih ada teman yang saya anggap
sahabat, yaitu Aris Yulantomo. Baru kuliah ini saya mempunyai teman dekat
laki-laki. Aris Yulantomo yang biasa saya panggil Tomok, adalah sosok laki-laki
yang sangat usil, jahil dengan teman-teman satu kelas bahkan dengan dosen juga.
Selain itu juga ada Bang April Rahmadianto yang saya aanggap sebagai abang saya
di kampus. Pertama saya masuk kuliah Bang April pernah berkata “Pita, abang mau tanya. Di kampus kan pakai
jilbab lalu kalau di luar kampus pakai jilbab nggak?” Mendengar pertanyaan
itu saya terkejut karena dari saya kecil sampai masuk kuliah, baru kuliah
inilah saya mengenakan jilbab. Dulu saya adalah orang yang tomboi, sekolah
tidak pernah mengenakan jilbab hanya hari Jumat saja. Jadi, mendengar
pertanyaan itu membuat saya malu untuk menjawabnya, tanpa Bang April tahu, saya
menjawab dengan berbohong “Ya Insyallah
bang, di luar kampus Pita pakai jilbab. Kenapa bang?” Saya kembali
bertanya. “Abang suka lihat perempuan
pakai jilbab, rasanya anggun dilihat. Baguslah kalau Pita pakai jilbab walaupun
di luar kampus, pertahankan ya.” Begitulah jawaban Bang April yang membuat
saya malu kepada diri sendiri.
Sejak ditanyakan hal seperti itu, saya mulai memantapkan
hati untuk benar-benar mengenakan jilbab. Sahabat saya, Qorina dan Eka yang
sudah lama mengenakan jilbab juga pernah bertanya kapan saya mengenakan jilbab.
Saya hanya menjawab dengan santainya “Besoklah
kalau udah kuliah, ke kampus kan pakai jilbab tuh.” Itulah jawaban konyol
saya. Saya mulai mengenakan jilbab sejak semester 1 itupun karena pertanyaan
yang diajukan Bang April untuk Saya. Terima kasih buat Bang April yang saya
anggap sebagai abang saya, sebenarnya bukan hanya pertanyaan itu saja. Bang
April dan Tomok juga banyak mengajarkan saya tentang pelajaran-pelajaran yang
saya tidak mengerti, sedikit banyaknya saya dapat pengetahuan dari Bang April
dan Tomok. Sekarang Bang April mempunyai panggilan untuk saya yaitu
“Selengek’an” yang artinya usil ataupun jahil dengan teman-teman, entah
kenapalah Bang April punya inisiatif memanggil saya dengan panggilan
“Selengek’an”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar