Rabu, 08 Mei 2013

Sastrawan Abad 21 Kontemporer



BAB I  PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Sastra Angkatan 21 atau sering disebut dengan sastra mutakhir (Dekade 90-an dan Angkatan 2000-an). Pada masa Angkatan 2000 ini banyak sekali muncul pengarang wanita. Mereka umumnya menulis dengan ungkapan perasaan dan pikiran yang tajam dan bebas. Ada diantara mereka yang sangat berani menampilkan nuansa-nuansa erotik, hal-hal yang sensual bahkan seksual, yang justru lebih berani dibandingkan para sastrawan seumumnya.

Adapun para sastrawati Angkatan 2000 antara lain: Ayu Utami, Jenar Mahesa Ayu, Fira Basuki, Herlinaties, Nukila Amal, Linda Kristianti, Ratih Kumala, Oka Rusmini, dan lain-lain. Ada beberapa poin yang terkandung unsur estetik: a) Unsur eksperimental hampir ada di setiap naskah realis ataupun surealis. b) Penyampaian makna bersifat simbolik, terkadang menggunakan teknologi. c)Percampuran nilai estetik periode-periode sebelumnya. d) Monolog menjadi pilihan yang cukup kuat. Terdapat juga pada unsur ekstra estetik: a) Kemajuan teknologi. b) Mencuatnya isu-isu global, baik dalam bidang seni maupun umum. c) Ironi terhadap diri sendiri

1.2  Rumusan Masalah

1.2.1    Siapa sajakah penyair atau pengarang  puisi abad 21?
1.2.2    Siapa sajakah penulis atau pengarang abad 21?
1.2.3        Siapa sajakah pengarang cerpenis Abad 21?

1.3 Tujuan Perumusan

1.3.1    Untuk mengetahui penyair atau pengarang puisi abad 21.
1.3.2    Untuk mengetahui penulis atau pengarang abad 21.
1.3.3    Untuk mengetahui pengarang cerpenis abad 21. 

BAB II PEMBAHASAN

Sastra Angkatan 21 atau sering disebut dengan sastra mutakhir (Dekade 90-an dan Angkatan 2000). Sebuah buku tebal tentang Angkatan 2000 yang disusunnya diterbitkan oleh Gramedia, Jakarta pada tahun 2002. Seratus lebih penyair, cerpenis, novelis, eseis, dan kritikus sastra dimasukkan Korrie ke dalam Angkatan 2000. Korrie Layun Rampan pada tahun 2002 melempar wacana tentang lahirnya "Sastrawan Angkatan 2000".

2.1  Penyair atau Pengarang Puisi Angkatan 21
2.1.1  Afrizal Malna
      a. Puisi Yang Berdiam dalam Mikrofon (1990).

2.1.2   Emha Ainun Najib
       a. Sesobek Buku Harian Indonesia.

2.1.3   D. Zawawi Imron
       a. Madura, Akulah Darahmu (1999)

2.1.4   Wiji Thukul Wijaya
       a.  Mencari Tanah Lapang (1994)
       b. Tumis Kangkung Comberan (1996).

2.1.5    Joko Pinurbo
       a. Telepon Genggam (2006).

2.1.6        Agus R. Sarjono
a.       Keduri Air Mata(1994)
b.      Malam Seribu Bulan (1991)
c.       Mimbar Penyair Abad 21(1996).

A.  Ciri-Ciri Puisi Angkatan 21
1.      Pilihan kata diambil dan bahasa sehari-hari yang disebut bahasa “kerakyat jelataan”;
2.      Mengandung revolusi tipografi atau tata wajah yang bebas aturan dan cenderung ke puisi konkret;
3.      Penggunaan estetika baru yang disebut “antroporisme” (gaya bahasa berupa penggantian tokoh manusia sebagai “aku lirik” dengan benda-benda;
4.      Penciptaan interaksi masal dan hal-hal yang bersifat individual;
5.      Puisi-puisi profetik (keagamaan/religius) dengan kecenderungan menciptakan pengembaraan yang lebih konkret melalui alam, rumput atau daun-daun;
6.      Selaras dengan bentuk tipografi baru, banyak diciptakan puisi dengan corak bait atau ‘nirbait’ (tidak menggunakan sistem pembuatan bait-bait);
7.      Penggunaan citraan alam benda.

2.2  Penulis dan Pengarang Karya Sastra Angkatan 21

2.2.1        Ahmad Fuadi
a.       Negeri 5 Menara (2009)
b.      Ranah 3 Warna (2011)

2.2.2        Andrea Hirata
a.       Laskar Pelangi (2005)
b.      Sang Pemimpi (2006)
c.       Edensor (2007)
d.      Maryamah Karpov (2008)
e.       Padang Bulan dan Cinta Dalam Gelas (2010)

2.2.3        Ayu Utami
a.       Saman (1998)
b.      Larung (2001)

2.2.4        Dewi Lestari
a.       Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh (2001)
b.      Akar (2002)
c.       Petir (2004)
d.      Partikel (2012)

2.2.5        Habiburrahman El Shirazy
a.       Ayat-Ayat Cinta (2004)
b.      Diatas Sajadah Cinta (2004)
c.       Ketika Cinta Berbuah Surga (2005)
d.      Pudarnya Pesona Cleopatra (2005)
e.       Ketika Cinta Bertasbih 1 (2007)
f.       Ketika Cinta Bertasbih 2 (2007)
g.      Dalam Mihrab Cinta (2007)

2.2.6        Herlinatiens
a.       Garis Tepi Seorang Lesbian (2003)
b.      Dejavu, Sayap yang Pecah (2004)
c.       Jilbab Britney Spears (2004)
d.      Sajak Cinta Yang Pertama (2005)
e.       Malam Untuk Soe Hok Gie (2005)
f.       Rebonding (2005)
g.      Broken Heart, Psikopop Teen Guide (2005)
h.      Koella, Bersamamu dan Terluka (2006)
i.        Sebuah Cinta yang Menangis (2006)

2.2.7        Raudal Tanjung Banua
a.       Pulau Cinta di Peta Buta (2003)
b.      Ziarah bagi yang Hidup (2004)
c.       Parang Tak Berulu (2005)
d.      Gugusan Mata Ibu (2005)

2.2.8        Seno Gumira Ajidarma
a.       Atas Nama Malam
c.       Biola Tak Berdawai
Secara umum, ciri pencapaian estetik teks drama tahun 2000 adalah:
1.    Unsur estetik
a.    Unsur eksperimental hampir ada di setiap naskah realis ataupun surealis.
b.    Penyampaian makna bersifat simbolik, terkadang menggunakan teknologi.
c.    Percampuran nilai estetik periode-periode sebelumnya.
d.   Monolog menjadi pilihan yang cukup kuat.
2.    Unsur ekstra estetik
a.       Kemajuan teknologi.
b.      Mencuatnya isu-isu global, baik dalam bidang seni maupun umum
c.       Ironi terhadap diri sendiri

2.3  Pengarang Karya Sastra Angkatan 21
Cerpenis tidak diperlakukan sebagai orang yang sedang belajar menulis novel. Kondisi ini dimungkinkan oleh beberapa faktor berikut:
Pertama,  kesemarakan media massa –suratkabar dan majalah- telah membuka ruang yang makin luas bagi para cerpenis untuk mengirimkan karyanya. Di sana, rubrik cerpen mendapat tempat yang khas. Cerpen ditempatkan sama pentingnya dengan rubrik lain. Bahkan, di surat-surat kabar minggu, ia seperti sebuah keharusan. Di situlah tempat cerpen bertengger dan menyapa para pembacanya. Maka, hari Minggu adalah hari cerpen.
Kedua, adanya kegiatan lomba menulis cerpen, memungkinkan cerpen tidak hanya berada di hari Minggu, tetapi juga pada event atau peristiwa tertentu. Sejak 1992, harian Kompas memulai tradisi baru dengan memilih cerpen terbaik dan memberi penghargaan khusus untuk penulisnya. Kegiatan ini mengangkat kedudukan cerpen dalam posisi yang istimewa.
Ketiga, terbitnya Jurnal Cerpen yang diasuh Joni Ariadinata, dkk. serta adanya Kongres Cerpen yang diselenggarakan berkala dalam dua tahun sekali di Yogyakarta (1999), Bali (2001), Lampung (2003), dan kongres di Pekanbaru (November 2005), berhasil mengangkat citra cerpen secara lebih terhormat. Kegiatan itu sekaligus untuk menyosialisasikan keberadaan cerpen sebagai bagian dari kegiatan sastra. Bersamaan dengan itu, usaha sejumlah penerbit melakukan semacam perburuan naskah cerpen untuk diterbitkan, memberi harga dan martabat cerpen tampak lebih baik dibandingkan keadaan sebelumnya.
A.      Sastrawan yang Penting di Indonesia
1.      Teguh Winarsho (Bidadari Bersayap Belati, 2002),
2.      Hudan Hidayat (Orang Sakit, 2001; Keluarga Gila, 2003),
3.      Maroeli Simbolon (Bara Negeri Dongeng, 2002; Cinta Tai Kucing, 2003),
4.      Satmoko Budi Santoso (Jangan Membunuh di Hari Sabtu, 2003),
5.      Mustofa W Hasyim (Api Meliuk di Atas Batu Apung, 2004),
6.      Kurnia Effendi (Senapan Cinta, 2004; Bercinta di Bawah Bulan, 2004),
7.      Moh. Wan Anwar (Sepasang Maut, 2004),
8.      Yusrizal KW (Kembali ke Pangkal Jalan, 2004),
9.      Isbedy Stiawan (Perempuan Sunyi, 2004; Dawai Kembali Berdenting, 2004),
10.  Triyanto Triwikromo (Anak-Anak Mengasah Pisau, 2003),
11.  Damhuri Muhammad (Laras, Tubuhku bukan Milikku, 2005).
Selain nama-nama itu, cerpenis wanita yang muncul dalam tahun terakhir ini, juga tidak dapat diabaikan kontribusinya. Yaitu:
1.      Oka Rusmini (Sagra, 2002),
2.      Djenar Maesa Ayu (Mereka Bilang Saya Monyet, 2002; Jangan Main-Main dengan Kelaminmu, 2004),
3.      Maya Wulan (Membaca Perempuanku, 2002),
4.      Intan Paramadhita (Sihir Perempuan, 2005),
5.      Nukila Amal (Laluba, 2005),
6.      Weka Gunawan (Merpati di Trafalgar Square, 2004),
7.      Labibah Zain (Addicted to Weblog: Kisah Perempuan Maya, 2005),
8.      Ucu Agustin (Kanakar, 2005), Evi Idawati (Malam Perkawinan, 2005).
Pendatang baru cerpenis muda muncul tiga orang yang menjanjikan, seperti:
1.      Eka Kurniawan
a.       Cerpen Corat-Coret di Toilet (2000).
b.      Cantik itu Luka (2002).
c.       Lelaki Harimau (2004).
d.      Cinta tak Ada Mati (2005).

2.      Azhari
a.       Yang Dibalut Lumut.
b.      Perempuan Pala (2004).

3.      Raudal Tanjung Banua
a.       Pulau Cinta di Peta Buta (2003).
b.      Ziarah bagi yang Hidup (2004).
c.       Parang tak Berulu (2005).
d.      Cerobong Tua Terus Mendera (2004).



BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan
Sastra Angkatan 2000 atau sering disebut dengan sastra mutakhir (Dekade 90-an dan Angkatan 2000). Pada masa angkatan 2000 ini banyak sekali muncul pengarang wanita. Mereka umumnya menulis dengan ungkapan perasaan dan pikiran yang tajam dan bebas. Ada diantara mereka yang sangat berani menampilkan nuansa-nuansa erotik, hal-hal yang sensual bahkan seksual, yang justru lebih berani dibandingkan para sastrawan seumumnya.
Ciri-Ciri Puisi Angkatan 21
1.      Pilihan kata diambil dan bahasa sehari-hari yang disebut bahasa “kerakyat jelataan”;
2.      Mengandung revolusi tipografi atau tata wajah yang bebas aturan dan cenderung ke puisi konkret;
3.      Penggunaan estetika baru yang disebut “antroporisme” (gaya bahasa berupa penggantian tokoh manusia sebagai “aku lirik” dengan benda-benda;
4.      Penciptaan interaksi masal dan hal-hal yang bersifat individual;
5.      Puisi-puisi profetik (keagamaan/religius) dengan kecenderungan menciptakan pengembaraan yang lebih konkret melalui alam, rumput atau daun-daun;
6.      Selaras dengan bentuk tipografi baru, banyak diciptakan puisi dengan corak bait atau ‘nirbait’ (tidak menggunakan sistem pembuatan bait-bait);
7.      Penggunaan citraan alam benda.



3.2 Saran
Sebagai mahasiswa di perguruan tinggi, terutama sebagai mahasiswa jurusan Bahasa Indonesia. Dengan lahirnya makalah ini semoga dapat membantu mahasiswa untuk memperoleh informasi tentang sastra serta untuk memperdalam mempelajari bahasa Indonesia tentang Sastrawan Abad 21 dengan mata kuliah “Sastra Kontemporer” sangat penting.




Tidak ada komentar: